Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan rupiah masih dibayangi sentimen negatif dari dalam negeri terkait pelonggaran moneter atau pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).
“Isu pelonggaran ini masih akan menekan rupiah terhadap dolar AS (Amerika Serikat) selama beberapa waktu ke depan,” ucapnya kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Oktober 2025 yang berlangsung pada Selasa (21/10) dan Rabu ini memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap berada pada level 4,75 persen.
Suku bunga deposit facility diputuskan untuk tetap pada level 3,75 persen. Begitu pula suku bunga lending facility yang diputuskan untuk tetap pada level 5,5 persen.
Meskipun mengalami tekanan dari domestik, sentimen terhadap dolar AS sendiri dinilai tak begitu bagus seiring shutdown pemerintah AS, pertikaian dagang Negeri Paman Sam dengan China masih berlangsung, serta isu pemangkasan suku bunga The Fed.
“Ini bisa membantu menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS,” ujar dia.
Mengutip Anadolu, penutupan pemerintah AS telah memasuki hari ke-23, seiring Senat AS dari Partai Demokrat pada Kamis (23/10) menolak rancangan undang-undang (RUU) yang didukung Partai Republik. RUU tersebut akan memberikan gaji kepada anggota militer aktif dan pegawai federal penting lainnya yang tetap bertugas selama penutupan pemerintah.
Dengan perolehan suara 54-45, Senat tak mengajukan penutupan pada mosi untuk melanjutkan Undang-Undang Shutdown Fairness Act, yang disponsori oleh Senator Ron Johnson. RUU tersebut membutuhkan 60 suara untuk dapat dilanjutkan.
Penutupan pemerintah, yang merupakan penutupan terpanjang kedua dalam sejarah AS, dimulai pada 1 Oktober setelah negosiasi mengenai prioritas pengeluaran federal gagal. Ribuan pegawai federal sejak itu telah dirumahkan, atau bekerja tanpa gaji, sementara layanan pemerintah telah dikurangi atau ditangguhkan.
Terkait pertikaian dagang, berdasarkan laporan dari ANTARA Beijing, Presiden AS Donald Trump dilaporkan akan bertemu bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) pada 31 Oktober - 1 November 2025 di Korea Selatan.
Trump menggambarkan hubungannya dengan Xi sebagai "sangat baik" dan mengatakan pertemuan mereka akan berlangsung "cukup lama”, di tengah perseteruan perihal persoalan tarif dagang.
Mengenai prospek pemangkasan suku bunga, CME Fedwatch memperkirakan pemotongan sebesar 25 basis points (bps) akan terjadi pada akhir Oktober 2025 dengan estimasi persentase 99 persen.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, Aris memprediksi kurs rupiah melemah ke arah Rp16.700 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp16.580 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Jumat di Jakarta menguat sebesar 17 poin atau 0,10 persen menjadi Rp16.612 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.629 per dolar AS.
Baca juga: IHSG menguat di tengah pasar cermati rencana pertemuan Trump- Jinping
Baca juga: Harga emas Antam Jumat ini naik Rp33.000 menjadi Rp2,354 juta/gram
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.








































