Jakarta (ANTARA) - PT Bank Amar Indonesia Tbk atau Amar Bank melihat prospek positif atau peluang yang besar pada pembiayaan industri film, terutama di tengah maraknya tren produksi bersama (co-production) di dalam negeri.
Amar Bank melihat bahwa peran bank digital dapat berkembang lebih jauh dari sekadar penyedia pendanaan. Bank digital dapat menjadi mitra strategis bagi para sineas dalam mengelola keuangan secara lebih cerdas dan terukur.
“Kolaborasi antara bank digital dan industri kreatif menegaskan bahwa masa depan ekonomi kreatif tidak hanya ditentukan oleh ide besar, tetapi juga oleh infrastruktur digital yang mampu memperkuat ekosistemnya,” kata SVP MSME Amar Bank Josua Sloane dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Pendanaan film di Indonesia semakin beragam mulai dari investor swasta, crowdfunding, sponsor dari brand, hingga program hibah pemerintah yang membuka peluang lebih luas bagi sineas lokal.
Baca juga: Dominasi Transaksi Digital, Bank Mandiri Dinobatkan sebagai Indonesia’s Best Transaction Bank 2025
Namun, peluang besar ini juga menuntut pengelolaan yang lebih profesional. Produser tidak hanya fokus pada sisi kreatif, tapi juga harus memastikan keuangan dan distribusi dikelola dengan efisien dan transparan.
Permasalahan pendanaan masih menjadi tantangan besar bagi industri film. Proses meyakinkan investor sering memakan waktu, sementara dana yang terkumpul kerap belum cukup menutup seluruh kebutuhan produksi.
Ketidakpastian pengembalian investasi juga membuat akses pendanaan semakin terbatas. Padahal biaya lokasi, peralatan, kostum, dan kru pada tahap pra-produksi sudah harus disiapkan. Sehingga, pendanaan dinilai menjadi mekanisme terbaik bagi para pembuat film.
Adapun belakangan ini, banyak rumah produksi menggandeng mitra lokal maupun internasional demi memperluas pasar dan memperkuat daya saing.
Baca juga: BI perkuat pelindungan konsumen lewat tiga pilar strategis
Sepanjang 2025, delapan dari sepuluh film terlaris di Indonesia lahir dari kolaborasi lintas studio seperti “Jumbo”, “Sore: Istri dari Masa Depan”, dan “Qodrat 2”, hingga “Rangga dan Cinta”.
Kolaborasi produksi ini dinilai membuka peluang menarik bagi perbankan. Dengan menyediakan pembiayaan fleksibel dan risiko yang lebih terukur, bank digital bisa mendukung kualitas film tetap terjaga sekaligus menghadirkan solusi finansial yang mempermudah pengelolaan keuangan sepanjang proses pembuatan film.
Josua menyampaikan, Amar Bank sendiri ingin menghadirkan solusi yang memudahkan rumah produksi dalam mengelola keuangan bersama mitra co-production mereka.
Menurutnya, ini bukan hanya soal pendanaan, tetapi juga tentang membangun sistem pengelolaan keuangan yang transparan dan kolaboratif.
Baca juga: Easycash dan Bank Saqu kolaborasi perluas akses kredit solopreneur
Hal ini memungkinkan para pembuat film, produser, dan investor bekerja sama dengan tingkat kepercayaan dan efisiensi yang lebih tinggi.
Dengan pendekatan digital, Amar Bank menyediakan akses pendanaan bagi pelaku usaha kreatif, termasuk industri film, sesuai dengan kebutuhan mereka hingga Rp5 miliar.
Dukungan ini, sebut Amar Bank, diharapkan dapat mendorong lebih banyak ide, inovasi, dan karya lahir dari ekosistem kreatif Indonesia.
Produser film “Pangku” Gita Fara menegaskan pentingnya portofolio keuangan yang sehat dan terkelola baik yang dapat membuka akses terhadap pembiayaan lebih luas.
Baca juga: Aftech-Perbanas perkuat kolaborasi guna jawab tantangan inklusi kredit
“Kami melihat potensi besar jika bank digital bisa hadir lebih dekat dengan dunia film,” kata Gita.
Menurutnya, banyak produser masih menghadapi tantangan dalam mengelola keuangan di tahap produksi, sehingga akses pendanaan dari investor menjadi lebih terbatas.
Padahal, dengan dukungan teknologi finansial yang tepat, Gitra mengatakan bahwa proses pendanaan dan pelaporan bisa jauh lebih cepat dan transparan.
Adapun film “Pangku”, yang saat ini tengah tayang di bioskop, sebelumnya berhasil meraih penghargaan White Light Post-Production Awards di JAFF Market 2024 serta memenangkan HAF Goes to Cannes Program, yang membawanya ke Festival Film Cannes 2025.
Baca juga: Menekraf: Sektor ekraf sumbang Rp1.500 triliun kepada PDB nasional
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.








































