Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Senin pagi di Jakarta bergerak menguat 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp16.706 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.716 per dolar AS.
Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan nilai tukar rupiah berpotensi menguat seiring kekhawatiran bubble Artificial Intelligence (AI) atau gelembung spekulatif di pasar saham AS yang membaik.
“Rupiah diperkirakan berpotensi menguat terhadap dolar AS oleh sentimen pasar yang membaik dari kekhawatiran bubble AI,” ucapnya kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Dia menerangkan bahwa banyak valuasi perusahaan mengalami lonjakan harga saham dan valuasi pasar yang sangat besar karena antusiasme investor terhadap AI. Bahkan, lanjutnya, beberapa dari perusahaan tersebut merupakan startup yang masih merugi dengan nilai valuasi fantastis.
Baca juga: Maybank memfasilitasi forum pendalaman pasar uang dan valas syariah
Kenaikan harga sama juga terjadi terhadap saham-saham non teknologi, yang menunjukkan adanya kepercayaan pasar berlebihan di bursa saham.
Saat ini, kata dia, pasar saham sudah mengalami banyak koreksi (penurunan harga). Namun, investor masih ragu antara koreksi yang lebih besar atau melanjutkan kenaikan.
“Apabila bubble pecah, hal ini akan menyebabkan sentimen risk off besar yang dampaknya akan meluas ke seluruh dunia, sentimen ini akan membuak investor menghindari aset dan mata uang berisiko,” ungkap Lukman.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.








































