Yahudi Samaria, Penganut Taurat Kuno 'Keturunan Nabi Musa' yang tak Diakui Israel

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV— Kaum Samaria sebagai salah satu komunitas tertua di dunia dengan sejarah yang telah berlangsung selama ribuan tahun menetap di puncak Gunung Gerizim di kota Nablus, Tepi Barat utara. Kelompok ini menganggap diri mereka sebagai keturunan asli bangsa Israel dan pewaris Taurat pertama.

Meskipun jumlah anggotanya sedikit, yang menurut perkiraan terbaru tidak melebihi seribu orang, orang-orang Samaria mempertahankan bahasa, ritual, dan salinan khusus mereka dari kitab-kitab kuno.

Orang Samaria percaya mereka adalah keturunan asli Bani Israel dan berbeda dari orang Yahudi serta memiliki salinan asli Taurat, yang berusia lebih dari 3.600 tahun, ditulis di atas kulit rusa, dan mereka percaya pada lima kitab Taurat.

Meskipun mereka memiliki kesamaan keyakinan dan akar sejarah yang sama dengan orang Yahudi, posisi sekte ini tetap terjebak dalam situasi yang sulit.

Israel yang menampilkan diri kepada dunia sebagai "negara Yahudi" tidak mengakui mereka, tetapi memperlakukan mereka sebagai ancaman eksistensial dan menganggap mereka berada di luar kerangka agama resmi.

Kalangan ini mendapati diri mereka berada dalam situasi yang rumit, karena mereka adalah sekte yang secara ideologis dekat dengan Yudaisme kuno, namun secara sosial terjalin erat dengan masyarakat Palestina.

Situasi ini menjadi alasan bagi mereka untuk ditindas, karena keyakinan orang-orang Samaria tidak sejalan dengan citra politik yang ingin ditampilkan Israel kepada dunia tentang Yudaisme.

Nader Sadaka... Tawanan Samaria di luar klasifikasi

"Jangan seret aku ke wilayahmu, Aku berjuang di wilayahku sendiri," dengan kalimat ini, tahanan yang dibebaskan, Nader Sadaka, menghadapi para penyidik pendudukan saat mereka mencoba memanfaatkan dimensi agama dalam berbicara dengannya, dengan pertimbangan bahwa hal ini dapat memberikan pengaruh berbeda selama penyelidikan dan penahanan.