Para sopir truk mengaku jika kondisi antrean solar yang begitu panjang ditambah dengan adanya kelangkaan solar, disebabkan oleh banyaknya mafia solar yang telah menghabiskan jatah kuota solar bersubsidi untuk wilayah Sulut.
Hal ini dikarenakan banyaknya kendaraan-kendaraan pengangkut solar yang diduga milik para mafia solar yang beroperasi di seluruh SPBU, sehingga solar bersubsidi justru bukan dinikmati oleh para sopir truk yang memang bekerja mencari nafkah dengan mengangkut barang.
"Kami terus terang merasa kecewa dengan kondisi sekarang. Kami yang benar-benar mencari nafkah dengan menjadi sopir truk pengangkut barang dengan bayaran harian, kini banyak menganggur karena antrean panjang ini," kata para sopir yang ikut aksi demo di kantor DPRD Sulut.
Sami, salah satu sopir mengaku dia bisa mengantre hingga 15 jam untuk mendapatkan solar. Padahal menurutnya, dia yang dibayar per angkutan, secara otomatis telah alami kerugian yang sangat besar karena harus antre sangat lama di SPBU.
"Kami hanya minta agar pemerintah, Pertamina dan juga lembaga DPRD untuk jangan hanya duduk di belakang meja. Sebenarnya gampang mengungkap kondisi ini kalau memang mau mengungkap. Tapi, mungkin memang tak mau mengungkap kondisi yang ada," ujarnya.
Adapun tuntutan para sopir yang menggelar demo tersebut adalah: