REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Hariyadi, meminta Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menghidupkan kembali program Pajale (padi, jagung, kedelai) untuk memperkuat produksi pangan nasional. Secara khusus, ia berharap Amran dan jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya meningkatkan produktivitas kedelai.
Hal itu mengingat produktivitas padi dan jagung saat ini berlimpah. Produksi lokal dua komoditas itu mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, berbeda dengan kedelai yang sebagian besar masih dipenuhi lewat impor.
“Kami mengapresiasi Kementan sudah bisa swasembada beras dan jagung, tolong ke depan susah swasembada kedelai. Dulu Bapak punya program Pajale, coba dihidupkan lagi supaya ke depan jangan impor 2,6 juta ton,” kata tokoh yang akrab disapa Titiek Soeharto saat rapat kerja dengan Kementan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (24/11/2025).
Ia menerangkan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2,9 juta ton per tahun, sedangkan produksi lokal hanya 300–400 ribu ton per tahun. Selisih besar itu membuat impor terus dilakukan sehingga beban pembiayaan pun sangat tinggi.
Titiek menilai keberhasilan peningkatan produksi beras dan jagung menjadi modal penting untuk mendorong percepatan di komoditas lain. Ia memandang pola kerja yang sudah terbukti tersebut dapat diterapkan kembali sehingga kedelai bisa menyusul dua komoditas utama itu.
“Kita bangsa pemakan tahu tempe, mestinya kedelai itu jadi prioritas,” ujar Ketua Komisi IV DPR RI tersebut.
Program Pajale merupakan rangkaian upaya khusus untuk meningkatkan produksi padi, jagung, dan kedelai melalui bantuan benih dan pupuk, perbaikan irigasi, pendampingan petani, pengawalan dinas terkait, serta dukungan TNI agar kegiatan di lapangan berjalan efektif. Titiek juga mengarahkan perhatian pada pengembangan sorgum yang memiliki fungsi luas, termasuk bahan pangan dan energi alternatif. Komoditas ini dinilainya potensial untuk diperluas karena dapat digunakan untuk bioetanol dan produk bebas gluten.
“Pasti ke depannya kita harus ke situ, memperhatikan untuk kesehatan,” tuturnya.
Ia juga mengimbau Kementan mengusulkan pengembalian tenaga peneliti yang sempat masuk ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Menurutnya, kedekatan para ahli dengan kementerian teknis dapat mempercepat inovasi di sektor pangan.

7 hours ago
7







































