Sejarawan asal Belgia, David van Reybrouck, menyebut revolusi kemerdekaan Indonesia dan Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung sebagai dua peristiwa penting yang mendorong lahirnya dunia modern. Pandangan itu disampaikan dalam diskusi buku “Revolusi: Indonesia and the Birth of the Modern World” di Jakarta, Selasa (21/10).
Acara yang digelar Gamechangers Book Club bersama PRAKSIS (Pusat Riset dan Advokasi Serikat Jesus) ini menegaskan bahwa sejarah Indonesia memiliki dampak global.
“Revolusi Indonesia berikut Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 menjadi acuan bagi banyak bangsa di dunia untuk membebaskan diri dari kolonialisme,” ujar Reybrouck dalam siaran pers yang diterima Pandangan Jogja, Rabu (22/10).
Penulisan Sejarah dari Sudut Pandang Orang Kebanyakan
Reybrouck menjelaskan, penelitiannya berupaya keluar dari pola penulisan sejarah yang Nerlandosentris atau elitis. Ia menggunakan sumber-sumber dari masyarakat biasa yang menjadi saksi revolusi 1945–1949.
“Saya menggambarkan penulisan buku ini sebagai upaya menyusun kepingan-kepingan kecil mozaik menjadi sebuah narasi besar tentang sejarah Indonesia,” tuturnya.
Ia juga mengombinasikan arsip sejarah dengan metode sejarah lisan, mewawancarai ratusan orang kecil di berbagai daerah di Indonesia serta mantan tentara Gurkha di desa-desa Nepal. Tentara Gurkha diketahui menjadi bagian dari pasukan Inggris yang terlibat dalam transisi kekuasaan di Indonesia pascakemerdekaan.
Revolusi Indonesia sebagai Sejarah Dunia
Ketika ditanya alasan menulis tentang Indonesia, Reybrouck menegaskan bahwa revolusi Indonesia bukan hanya milik bangsa Indonesia.
“Saya bukan orang Indonesia. Saya juga bukan orang Belanda. Tetapi saya merasa bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah milik saya juga,” katanya.
Ia juga menyoroti kekerasan yang terjadi di semua pihak selama perang kemerdekaan. “Waktu itu tindak kejahatan perang dilakukan oleh semua pihak,” ujarnya.
Peran Pemuda dalam Revolusi

1 month ago
18






































