Tersangka pembunuhan Brigadir Esco Faska Rely, yakni sang istri, Briptu Rizka Sintiani, memperagakan sedikitnya 50 adegan dalam rekonstruksi pihak kepolisian. Lokasinya yakni di rumah keduanya. Desa Jembatan Gantung, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
"Kira-kira ya, 50 adegan yang sudah dilaksanakan," kata Kepala Subdirektorat III Bidang Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Reskrimum Polda NTB AKBP Catur Erwin Setiawan di lokasi, Senin (29/9).
"Jadi tidak ada dua versi tersangka ada 50 adegan. Tidak ada dua versi tetap kami gabungkan. Tersangka dihadirkan. Sementara masih satu orang tersangka," lanjut Catur.
Catur mengatakan, dari serangkaian rekonstruksi, polisi masih menyelidiki apakah ada keterlibatan pihak lain.
Lantas, bagaimana jalannya rekonstruksi itu?
Adegan pertama hingga ketiga dilaksanakan di jalan beraspal sebelum masuk ke gang rumah keduanya. Jaraknya sekitar 10 meter dari gerbang rumah.
Pada adegan keempat hingga selanjutnya, garis polisi dipasang. Wartawan tidak boleh mendekat.
"Kalau (tersangka) menolak itu hak tersangka. Kami akan melakukan rekonstruksi atau adegan selanjutnya di Polres Lombok Barat, kalau yang bersangkutan nolak itu hak tersangka," kata Catur.
Sempat terjadi kericuhan saat proses rekonstruksi. Tepatnya saat Brigadir Rizka mengikuti rekonstruksi versi penyidik di lokasi penemuan jenazah suaminya.
Adegan yang seharusnya diperankan langsung oleh tersangka kemudian digantikan pemeran pengganti.
Situasi itu membuat keluarga Brigadir Esco marah. Mereka melampiaskan kekecewaan dengan berteriak dari sekitar lokasi hingga jalan raya. Bahkan, ada yang mengancam akan membakar rumah.
“Kalau begini-begini terus, kita bakar saja rumahnya!” teriak salah seorang keluarga di tengah kerumunan.
Pantauan di lapangan, kerabat Brigadir Esco tampak emosional. Seorang wanita dari pihak keluarga bahkan berteriak, “Kok bisa diganti, manusia laknat!” teriaknya.
Terpantau juga, Adik almarhum Brigadir Esco terlihat lemas dan menangis hingga harus dituntun ayahnya keluar dari kerumunan.
Keluarga juga menyesalkan durasi rekonstruksi yang lama. Mereka mengaku datang sejak pagi dari Lombok Tengah, namun tidak kunjung mendapat kejelasan soal adegan pembunuhan yang dilakukan tersangka.
“Paham kok kita, mereka kira kita bodoh,” ujar salah seorang pria dari pihak keluarga dengan nada kesal.