Lampung Geh, Pringsewu - Kisah pilu kembali datang dari seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI). Suyanti, warga asal Lampung yang sempat viral di media sosial karena menderita kanker di Malaysia, akhirnya meninggal dunia.
Kabar duka tersebut sampai ke telinga Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Putri Zulkifli Hasan melalui rekannya sesama politisi PAN, Uya Kuya.
Berkat koordinasi keduanya dan bantuan tim di Malaysia, proses pemulangan jenazah almarhumah ke kampung halamannya di Pringsewu, Lampung, dapat berjalan lancar.
Putri Zulhas dan Uya Kuya bahkan turut menjemput dan mengantar jenazah Suyanti, mulai dari Pelabuhan hingga ke rumah duka di Desa Pandansari, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu.
"Mas Uya memang sering menangani kasus PMI yang meninggal atau sakit. Saat beliau menelepon dan memberitahu jenazah ada di Pringsewu, saya juga sedang berada di Lampung,” ujar Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Putri Zulhas, di rumah duka, Kamis (25/9/2025).
Putri menegaskan, sebagai wakil rakyat, sudah menjadi kewajibannya untuk membantu masyarakat, terlebih dalam kondisi sulit seperti ini. Ia mengakui bahwa proses pemulangan jenazah dari luar negeri bukanlah hal mudah, namun berkat kerja cepat tim di lapangan, semua bisa terselesaikan dengan baik.
“Mas Uya ini orang baik. Bahkan sebelum menjadi anggota DPR, sudah sering menangani kasus-kasus PMI seperti ini,” tambah Putri.
Almarhumah Suyanti diketahui telah merantau bertahun-tahun dan tidak pernah pulang ke tanah air. Kepulangannya kali ini menjadi yang pertama, namun dalam keadaan sudah meninggal dunia.
Sementara itu, Uya Kuya mengungkapkan bahwa meskipun status keimigrasian Suyanti di Malaysia tergolong non prosedural, proses pemulangannya bisa dilakukan dengan cepat berkat kerja sama tim PAN yang berada di Malaysia.
“Biasanya cukup rumit, apalagi almarhumah non prosedural. Tapi alhamdulillah, berkat kerja tim PAN di Malaysia, semua proses administrasi selesai dalam waktu kurang dari 24 jam,” kata Uya.
Uya menceritakan, dirinya mengetahui kabar tersebut dari media sosial yang memang secara khusus memantau kasus-kasus PMI di luar negeri. Ia mengaku sudah terlibat dalam penanganan kasus serupa selama empat hingga lima tahun terakhir. Yang paling menyayat hati bagi Uya Kuya dan Putri Zulhas adalah kisah sang anak dari almarhumah. Selama 23 tahun hidup terpisah, sang anak belum pernah bertemu dan memanggil ibunya dengan sebutan “mama” atau “ibu”.
“Saat akhirnya dipertemukan, justru dalam keadaan sang ibu sudah tidak bernyawa. Anak itu memanggil ‘Mama’ untuk pertama kalinya saat jenazah ibunya tiba di rumah duka,” ujar Uya Kuya. (Adv/Put)