Ketua Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia (APTRI) Blora Sunoto mengatakan bahwa keputusan sepihak tersebut menyalahi kesepakatan awal, karena sejak awal giling ada musyawarah dengan petani. Menurutnya PG GGM seharusnya bermusyawarah ketika hendak melakukan penutupan giling karena keputusan sepihak jelas merugikan petani.
Menurutnya sebagian besar petani belum selesai menebang karena faktor cuaca. Penutupan pabrik ini dikhawatirkan membuat hasil panen mubazir.
"Perkiraan baru bisa selesai tebang akhir Oktober. Kalau pabrik sudah tutup, tebu petani bisa sia-sia," kata sunoto di di Blora,dikutip dari Antara, Satu (27/9).
Direktur Operasional PT GMM Krisna Murtiyanto menjelaskan bahwa penutupan gilingan merupakan akibat dari kebocoran pipa pada kedua unit boiler tidak dapat diatasi dalam waktu singkat. Dengan kondisi tersebut, pihaknya sepakat menutup giling pada 25 September 2025, dengan penerimaan tebu terakhir pada 24 September pukul 24:00 WIB.
Pengumuman itu memicu protes, sekitar 30 petani mendatangi pabrik pada Jumat (26/9) pagi untuk meminta penjelasan resmi. Mereka mengaku kebingungan dengan nasib tebu yang masih ada di lahan.
"Kalau berhenti sekarang, kami bingung mau dikemanakan tebu yang masih ada. Biaya tanam sudah besar, jangan sampai tidak balik modal," ujar salah satu petani tebu dari desa sekitar pabrik, Winarsih.
Winarsih menambahkan bahwa ongkos tebang dan angkut tetap keluar meski panen tidak bisa terserap.
Petani lainnya, Darmadi, menyoroti minimnya komunikasi dari manajemen. Oleh karena itu, pihaknya menginginkan kepastian jika ada kendala bisa dijelaskan lebih awal supaya bisa menyiapkan langkah lain.
Di sisi lain, Pelaksana Tugas Direktur Utama PT GMM, Sri Emilia Mudiyanti, menyebut keputusan ini sangat berat.
"Kami mohon maaf karena hasil panen petani belum bisa terserap maksimal. Keputusan ini sungguh di luar prediksi kami," ujarnya.
Meski tak lagi bisa membeli tebu petani, PG GMM akan memfasilitasi pengiriman tebu ke pabrik gula terdekat melalui mekanisme kontrak giling, terutama bagi petani skala besar. Fasilitas yang disediakan berupa crane untuk memindahkan tebu ke truk tronton serta jembatan timbang bagi petani yang hendak mengirim panennya ke pabrik gula lain
Hingga 24 September 2025, PG GMM baru menggiling 218.771,12 ton tebu atau 54,6 persen dari target 400.000 ton. Produksi Gula Kristal Putih (GKP) hanya mencapai 11.608,05 ton, sedangkan musim giling berhenti pada hari ke-112 dari target semula 150 hari.
Manajemen juga menyatakan akan segera berkoordinasi dengan petani, Forkopimda, DPRD Blora, serta melaporkan kondisi teknis kerusakan ke Dewan Komisaris dan pemegang saham, yakni Perum BULOG dan PT Mandiri Pangan Sejahtera.