Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Kamis di Jakarta melemah sebesar 35 poin atau 0,21 persen menjadi Rp16.620 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.585 per dolar AS.
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede di Jakarta, Kamis, mengatakan pelemahan ini akibat sikap hati-hati investor melihat sentimen global menjelang rilis data inflasi AS yang dijadwalkan pada Jumat (24/10). Namun dengan adanya keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate membuat pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah cenderung tertahan.
Menurut dia, selama arus portofolio masih belum konsisten berbalik masuk, ruang penguatan akan cenderung bertahap dan sewaktu-waktu diuji ulang oleh sentimen global.
Baca juga: BI proyeksi rupiah tetap stabil, didukung komitmen stabilisasi
“Dampaknya bagi rupiah dalam jangka pendek adalah stabilisasi dengan volatilitas yang lebih kecil. BI-Rate yang tetap, intervensi valas yang aktif, serta dukungan pasokan dari eksportir cenderung menahan pelemahan rupiah dan membuka peluang penguatan tipis seperti yang kita lihat kemarin,” ucap Josua.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Oktober 2025 yang berlangsung pada Selasa (21/10) dan Rabu ini memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap berada pada level 4,75 persen.
Suku bunga deposit facility diputuskan untuk tetap pada level 3,75 persen. Begitu pula suku bunga lending facility yang diputuskan untuk tetap pada level 5,5 persen.
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.








































