Modal Sosial Orang Tua dalam Kesuksesan Akademik

2 hours ago 2
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Sumber: https://images.pexels.com/photos/1205651/pexels-photo-1205651.jpeg

Pernahkah kita bertanya mengapa anak-anak dari keluarga tertentu tampak lebih mudah meraih prestasi akademik? Bukan soal kecerdasan semata, tetapi ada "harta karun tak terlihat" yang diwariskan orang tua kepada anak-anaknya. Harta ini bernama modal sosial, yakni sebuah jaringan relasi, pengetahuan, dan akses yang tidak bisa dibeli dengan uang, namun dampaknya jauh melampaui tabungan di bank.

Modal sosial orang tua mencakup tingkat pendidikan, jaringan pergaulan, pemahaman tentang sistem pendidikan, hingga kemampuan berkomunikasi dengan pihak pendidikan tersendiri. Seorang ibu lulusan universitas tentu memiliki pemahaman berbeda tentang pentingnya pendidikan dibanding ibu yang hanya tamat sekolah dasar.

Sedangkan ayah yang berprofesi sebagai dosen atau pendidik memiliki akses informasi beasiswa dan program unggulan yang mungkin tidak diketahui ayah buruh pabrik. Lantas, apakah ini berarti kesuksesan akademik anak sudah ditentukan sejak mereka dilahirkan?

Jaringan Pertemanan yang Membuka Pintu Peluang

Modal sosial tidak melulu soal pendidikan formal orang tua, tetapi juga jaringan pertemanan dan relasi sosial ternyata menjadi kunci tersembunyi bagi kesuksesan anak-anaknya. Orang tua yang aktif dalam komunitas, organisasi profesi, atau kegiatan sosial memiliki akses informasi lebih luas tentang sekolah berkualitas, guru les terbaik, hingga program ekstrakurikuler yang menunjang prestasi anak.

Bayangkan dua anak dengan tingkat kecerdasan yang sama, misalnya anak pertama memiliki orang tua yang berteman dengan kepala sekolah, pengurus yayasan pendidikan, dan sesama orang tua siswa berprestasi. Sedangkan, anak kedua memiliki orang tua yang bekerja dari pagi hingga malam, tanpa waktu untuk bersosialisasi.

Siapa yang lebih berpeluang mendapat informasi tentang kompetisi sains tingkat nasional atau program pertukaran pelajar? Bukankah ini menunjukkan bahwa kesempatan tidak selalu datang kepada yang cerdas, tetapi kepada yang "terhubung"?.

Bahasa Kelas Menengah di Ruang Kelas

Pierre Bourdieu, sosiolog Prancis, menyebutkan bahwa sistem pendidikan sebenarnya lebih menguntungkan anak-anak dari kelas menengah ke atas. Bukan karena mereka lebih pintar, melainkan karena "bahasa" yang digunakan di sekolah adalah bahasa kelas menengah. Cara berbicara, pola pikir, referensi budaya, hingga etika yang diajarkan di kelas seringkali sejalan dengan apa yang sudah dipelajari anak-anak ini di rumah.

Anak dari keluarga berpendidikan tinggi sudah terbiasa dengan diskusi, membaca buku, dan mengemukakan pendapat sejak kecil. Mereka tidak canggung saat guru meminta presentasi di depan kelas atau menganalisis teks sastra. Sementara anak dari keluarga dengan modal sosial terbatas mungkin merasa asing dengan cara belajar seperti ini.

Mereka harus bekerja dua kali lebih keras dan tidak hanya mempelajari materi pelajaran, tetapi juga menyesuaikan diri dengan "budaya sekolah" yang terasa asing. Adilkah sistem pendidikan yang mengeklaim memberikan kesempatan sama bagi semua, padahal sejak awal sudah memihak kepada kelompok tertentu?

Keterlibatan Orang tua: Hak Istimewa atau Kewajiban?

Modal sosial juga terlihat dari tingkat keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak. Orang tua dengan pendidikan dan waktu luang cukup bisa hadir dalam pertemuan sekolah, membantu pekerjaan rumah, bahkan menjadi pengurus komite sekolah.

Keterlibatan ini menciptakan lingkaran komunikasi yang baik antara orang tua, anak, dan guru. Namun bagaimana dengan orang tua yang bekerja shift malam, tidak memahami kurikulum baru, atau merasa minder berbicara dengan guru karena keterbatasan pendidikan mereka? Anak-anak mereka pun kehilangan advokat penting dalam perjalanan akademiknya.

Ketika ada masalah di sekolah, tidak ada yang memperjuangkan, ketika ada peluang beasiswa, tidak ada yang mendorong. Bisakah kita menyalahkan anak-anak ini jika prestasi mereka tertinggal, padahal mereka tidak pernah mendapat dukungan yang sama?