Jakarta (ANTARA) - Lembaga pembiayaan infrastruktur PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) menegaskan bahwa kolaborasi lintas pihak menjadi kunci dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan iklim Indonesia yang diperkirakan mencapai Rp3.461 triliun hingga 2030.
Head of Advisory Group IIF Irman Boyle dalam keterangan diterima di Jakarta, Rabu, menekankan bahwa keterlibatan sektor swasta bersama pemerintah, lembaga keuangan internasional, dan investor global sangat menentukan keberhasilan pembangunan rendah karbon.
“Hampir sebagian besar dampak pembiayaan iklim berasal dari proyek energi. Karena itu, IIF memandang transisi energi sebagai kunci dalam upaya menuju pembangunan rendah karbon di Indonesia,” ujarnya yang menyampaikan paparan di forum Indonesia Climate Finance Dialogue 2025 yang digelar Kementerian Keuangan RI.
Lembaga yang didirikan atas inisiasi Pemerintah RI dan lembaga keuangan internasional itu berkomitmen mendukung transisi energi melalui pembiayaan di sektor energi terbarukan, efisiensi energi, serta infrastruktur berketahanan iklim.
Namun, kata Irman, dengan besarnya kebutuhan pendanaan iklim, keterlibatan multipihak dari pemerintah, lembaga keuangan, investor global, hingga sektor swasta domestik menjadi sangat penting.
IIF menekankan pentingnya memperkuat sektor infrastruktur yang ramah lingkungan, di antaranya dengan program pembiayaan iklim guna menekan risiko-risiko iklim dari pembangunan yang terus terjadi.
Dalam forum itu, Direktur Jenderal Stabilitas dan Pengembangan Sektor Keuangan Kementerian Keuangan Masyita Crystallin menggarisbawahi pentingnya pembiayaan iklim sebagai fondasi pembangunan Indonesia yang berkelanjutan dan sejahtera.
Indonesia, ujarnya, memiliki agenda yang jelas dan terstruktur untuk mencapai emisi nol bersih (Net Zero Emission/NZE) 2060 atau lebih cepat, memperkuat ketahanan terhadap perubahan iklim, serta melestarikan kekayaan alam.
“Kunci keberhasilan terletak pada implementasi yang tepat sasaran dan efektif, melalui sinergi erat antara Pemerintah, MDBs (Bank Pembangunan Multilateral) dan sektor swasta dengan pembiayaan sebagai motor penggeraknya,” kata dia.
Dengan berpartisipasi dalam Indonesia Climate Finance Dialogue 2025, IIF berharap dapat semakin memperkuat posisinya sebagai mitra strategis dalam mendukung pembiayaan infrastruktur hijau, sekaligus membuka peluang investasi baru yang berorientasi pada keberlanjutan.
Baca juga: KLH: Aksi perubahan iklim hingga 2030 butuh dana Rp4 ribu triliun
Baca juga: Portofolio pembiayaan hijau PT SMI capai 20,4 persen per Juni 2025
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.