Indonesia Fashion Ecosystem Summit 2025 atau IDFES 2025 telah sukses diselenggarakan pada Jumat (26/9) di Ra Suites Simatupang, Jakarta Selatan. Konferensi ini mengusung tema besar yang juga menjadi kunci utama memajukan industri fashion lokal, yaitu “Next Gen Fashion: Innovate, Integrate, Impact.”
Dihadiri oleh para pelaku industri mode, IDFES 2025 menyajikan lima sesi gelar wicara dengan topik-topik berbeda, seperti fashion dari perspektif desainer dan warisan budaya hingga pentingnya membangun jejaring sebagai jalan untuk menciptakan ekosistem mode yang kuat.
Narasumber yang dihadirkan adalah para ahli di bidangnya. Beberapa dari mereka adalah desainer Adrie Basuki, desainer Ria Miranda, CEO Modinity Group Linda Anggrea, Owner Duniatex Musa Hartono, Creative Director Fashiontoday Alice Norin, sampai Lead Strategic Partner Pinterest, Marfanisha Arsyad.
Para tamu tidak hanya bisa menyimak diskusi yang bermanfaat, tetapi juga bertemu dengan sesama pelaku fashion, mulai dari fashionpreneur atau pengusaha bisnis fesyen, pemangku kebijakan, hingga seluruh rantai pasok industri.
Penguatan jejaring ini sangatlah penting dalam mengakselerasi transformasi digital, keberlanjutan, dan pertumbuhan UMKM (usaha mikro, kecil, menengah) fashion hingga nantinya bisa mengglobal.
Chairwoman IDFES Melinda Babyanna mengatakan, konferensi ini memang diciptakan untuk membantu brand-brand fashion lokal dari hulu ke hilir. Sebelumnya, ia tidak melihat ada platform atau hub yang mengumpulkan semua pelaku bisnis fesyen lokal di satu tempat.
“Ini adalah mimpi saya sejak 2020, membantu brand lokal dari hulu ke hilir menentukan ekosistem. Jadi, dari awal memang visinya kita adalah koneksi dan integrasi. Peran pemerintah, stakeholder, rantai pasok, desainer, marketplace, sekolah yang suplai tenaga kerja, itu adalah ekosistem,” ucap perempuan yang juga Founder dan CEO The Bespoke Fashion (TBF) Consultant itu.
“Bagaimana caranya mereka kondusif dan saling bertemu, bisa transfer pengetahuan? Kalau bertemu di fashion show, kan, enggak mungkin mengobrol. Jadi dengan ini, IDFES, kita terkoneksi. Sebab, kami percaya bahwa akses adalah kendala terbesar bagi pelaku industri fashion,” imbuh perempuan yang akrab disapa Baby itu.
Strategi dalam dukung ekosistem fashion Indonesia
Seperti yang telah disebutkan Baby, menurutnya, kendala terbesar para fashionpreneur adalah akses. Mulai dari akses ke rantai pasok, bahan baku terbaik, tenaga kerja, hingga mitra.
IDFES 2025 bergerak dengan motor Fashion 5.0, yaitu people (manusia), planet, dan profit (laba). Untuk bisa memenuhi tiga aspek ini, Baby percaya bahwa ada tiga strategi yang bisa diaplikasikan dalam memajukan industri fashion lokal. Strategi tersebut adalah penguatan rantai pasok secara etis, konektivitas yang berkelanjutan, serta persiapan global yang matang.
1. Penguatan rantai pasok
Terkait rantai pasok, Baby menjelaskan bahwa ekosistem fashion bisa diperkuat lewat kurasi supplier, penjahit, dan konveksi sebelum dihubungkan dengan klien. Untuk memastikan industri fashion memiliki tenaga kerja yang mumpuni, pendidikan tata busana perlu diperkuat.