Kuala Lumpur (ANTARA) - Malaysia mengecam keras intimidasi yang dilakukan terhadap rombongan kapal misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza, pada Selasa (23/9).
Kementerian Luar Negeri Malaysia dalam keterangan di Kuala Lumpur, Rabu, menyatakan Malaysia menyerukan intimidasi terhadap kapal kemanusiaan – yang berjumlah sedikitnya 40 kapal dan membawa ratusan aktivis dari berbagai negara itu – segera dihentikan.
"Perjalanan yang aman dan lancar bagi para peserta Flotilla dan kapal mereka harus dijamin sesuai dengan hukum internasional," tulis keterangan tersebut.
Malaysia menegaskan misi untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan ke Gaza adalah sah dan penting secara moral, terutama dalam menghadapi genosida dan kelaparan yang sedang berlangsung di Wilayah Palestina.
Malaysia berdiri dalam solidaritas dengan Palestina dan menegaskan kembali seruannya untuk segera mengakhiri genosida dan blokade ilegal di Gaza.
Dalam keterangannya, Kementerian Luar Negeri Malaysia juga memastikan bahwa seluruh 34 warga negara Malaysia yang berpartisipasi dalam Flotilla dilaporkan dalam keadaan aman.
Rombongan kapal misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) dilaporkan menghadapi gangguan berulang dari pesawat nirawak (drone) di perairan internasional saat menuju Gaza pada Selasa malam.
Komite Internasional untuk Menerobos Pengepungan Gaza (ICBSG) mengatakan bahwa drone-drone menjatuhkan proyektil pembakar ke kapal Yulara dan Ohwayla. Salah satunya berupa bom asap, sedangkan yang lainnya mengenai penghalang kapal sebelum jatuh ke laut tanpa menyala.
Komite itu juga melaporkan adanya dua ledakan keras — diduga granat kejut — terdengar di dekat rombongan kapal tersebut. Hal itu terjadi setelah sedikitnya 15 drone terbang rendah di atas kapal Alma, sedangkan lima drone lainnya mengitari kapal Deir Yassin di ketinggian berbeda.
Baca juga: Global Sumud Flotilla diganggu drone saat berlayar ke Gaza
Baca juga: Global Sumud Flotilla, Indonesia dan dunia bergerak untuk Palestina
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.