Jakarta (ANTARA) - Zohran Mamdani, telah menjadi wali kota termuda yang memimpin New York dalam satu abad terakhir, sekaligus menjadi wali kota Muslim pertama dan Asia Selatan pertama dalam sejarah kota tersebut.
Mamdani meraih kemenangan sebagai wali kota setelah mengalahkan kandidat independen dan mantan Gubernur New York, Andrew Cuomo, dan kandidat partai Republik, Curtis Sliwa, dengan meraih lebih dari 50 persen suara dalam kontes tiga arah tersebut dengan mengumpulkan 91 persen suara.
Sebagai wali kota New York, Mamdani berencana menaikkan pajak penghasilan warga New York terkaya sebesar 2 persen, menegaskan bahwa dirinya akan mengakhiri “budaya korupsi” yang telah memungkinkan miliarder untuk menghindari pajak dan mengeksploitasi keringanan pajak.
Mamdani yang menjuluki dirinya sendiri sebagai sosialis demokrat itu berfokus pada keterjangkauan dan layanan sosial, menjanjikan bus gratis, perawatan anak universal, perumahan dengan sewa stabil, dan menaikkan upah minimum.
Berikut profil dan perjalanan politik dari wali kota termuda New York, Zohran Mamdani.
Profil Zohran Mamdani
Pria bernama lengkap Zohran Kwame Mamdani itu lahir pada 18 Oktober 1991 di Kampala, ibu kota Uganda, dari orang tua keturunan India.
Ibunya, Mira Nair, adalah seorang pembuat film India-Amerika peraih nominasi Oscar, dan ayahnya, Mahmood Mamdani, seorang Uganda kelahiran India, adalah profesor di Universitas Columbia, New York.
Mamdani menghabiskan masa kecilnya di Cape Town, Afrika Selatan, sebelum pindah ke New York pada usia 7 tahun, dan lulus Bronx High School of Science and meraih gelar dalam Studi Afrika dari Bowdoin College di negara bagian Maine.
Sebelum aktif di dunia politik, Mamdani aktif sebagai konselor pencegahan penggusuran, mendampingi masyarakat berpenghasilan rendah agar tidak kehilangan tempat tinggal di kawasan Astoria, Queens, New York.
Baca juga: Profil Rama Duwaji, istri Zohran Mamdani sang Wali Kota New York
Perjalanan politik Mamdani
Mamdani pertama kali terpilih menjadi anggota Majelis Negara Bagian New York pada 2020, dan menjabat sebagai anggota majelis tersebut yang berpusat di wilayah Queens, New York City, sejak 2021.
Kiprah Mamdani dalam isu sosial semakin dikenal pada 2021, saat dia menjalani aksi mogok makan selama 15 hari, di mana aksi tersebut merupakan bagian dari kampanye “Excluded Workers Fund”, sebuah gerakan yang memperjuangkan tunjangan bagi pekerja yang tidak menerima bantuan pandemi COVID-19.
Mamdani dan para aktivis berkemah serta mogok makan di luar gedung legislatif new York untuk menekan pemerintah negara bagian agar menyetujui dana bantuan tersebut, dan pada tahun yang sama, “Excluded Workers Fund” senilai $2,1 miliar (sekitar Rp35 triliun) akhirnya disahkan.
Selain itu, Mamdani juga dikenal vokal menentang agresi militer Israel terhadap Palestina. Pada Oktober 2024, Mamdani menyebut tindakan Israel di Gaza sebagai bentuk genosida yang dilakukan rezim Benjamin Netanyahu.
Dia juga mendukung gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap produk-produk yang terkait Israel dan secara tegas menolak segala bentuk kekerasan.
Pada Desember 2024, Mamdani bahwa menyampaikan bahwa jika dirinya menjabat sebagai Wali Kota New York, dan Netanyahu berkunjung ke kota tersebut, dia tidak akan segan mengambil tindakan hukum.
Baca juga: Serba serbi janji kampanye Wali Kota Muslim pertama NY, Zohran Mamdani
Baca juga: Ketika New York Memilih Sosialis Muslim sebagai Wali Kota
Baca juga: Walkot London sambut kemenangan Mamdani di New York: Harapan menang
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

2 weeks ago
9






































