Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara soal Bahan Bakar Nabati (BBN) yang baru saja diluncurkan, Bobibos, yang diklaim memiliki kadar oktan (RON) 98. Bahan bakar tersebut disebut belum memiliki sertifikasi hasil pengujian laboratorium.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas), Laode Sulaeman, mengatakan jika ada produk BBM yang akan digunakan menjadi bahan bakar resmi di Indonesia, harus melalui tahapan uji laboratorium terlebih dahulu.
Laode menyebutkan, pihak Bobibos sudah mengusulkan uji laboratorium Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi Lemigas, namun hasilnya belum bisa diumumkan karena bersifat rahasia.
"Hasil ujinya ini masih secrecy agreement, maksudnya masih tertutup ya. Saya belum bisa menyampaikan tersebut. Kalau minta uji berarti kan hasilnya laporan hasil uji, bukan sertifikasi," ujarnya saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jumat (7/11).
Meski begitu, Laode menegaskan bahwa pihak Kementerian ESDM belum mengeluarkan sertifikasi kepada produk Bobibos bisa dikomersialisasikan secara bebas kepada masyarakat.
"Ini saya perlu luruskan di sini biar tidak terjadi simpang siur, kemarin saya juga dapat (informasi) oh sudah disertifikasi. Saya luruskan di sini bahwa ini belum disertifikasi," tegas Laode.
Dia menyebutkan, proses pengujian bahan bakar sebelum diperjualbelikan bebas di pasar minimal butuh waktu 8 bulan. Bahkan setelah itu biasanya terdapat berbagai macam evaluasi lanjutan.
"Diperlukan uji macam-macam ya, uji oksidasi, uji mesin, dan lain-lain. Nah di sana minimal itu 8 bulan, baru BBM tersebut bisa dinyatakan layak untuk dipakai. Itu minimal ya," ungkap Laode.
Di sisi lain, Laode juga mengapresiasi karya dan inovasi anak bangsa, termasuk dalam menciptakan alternatif bahan bakar berbasis tanaman di Indonesia. Hanya saja, peredarannya belum diizinkan.
"Saya juga tidak ingin mengurangi apresiasi saya terhadap inovasi anak bangsa, tapi seperti saya jelaskan tadi, untuk menguji suatu BBM lalu menjadi bahan bakar itu minimal 8 bulan baru kita bisa putuskan apakah ini layak atau tidak layak," jelasnya.
Laode mengatakan, selama ini sudah banyak pengujian terkait inovasi bahan bakar baru yang dikerjasamakan dengan Lemigas. Dia mencontohkan ada inovasi bensin dari plastik.
"Ada juga kan dari plastik pernah itu, bikin bensin dari plastik. Seperti ini banyak. Saya ingin menyampaikan prosedur legal bagaimana suatu BBM tersebut disahkan oleh pemerintah untuk menjadi bahan bakar resmi," tandasnya.
Sebelumnya, BBM ramah lingkungan baru bernama Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos! (Bobibos) diluncurkan pada Minggu (2/11), berdasarkan hasil riset selama satu dekade oleh M. Ikhlas Thamrin bersama tim.
Founder Bobibos, M Ikhlas Thamrin, menuturkan bahwa inovasi ini merupakan hasil perjalanan panjang yang berawal dari keresahan akan ketergantungan Indonesia terhadap energi impor.
“Kami ingin membuktikan bahwa bangsa ini mampu berdiri di atas kaki sendiri melalui ilmu pengetahuan. Setelah lebih dari 10 tahun riset mandiri, akhirnya kami menghadirkan bahan bakar yang murah, aman, dan beremisi rendah,” ujar Ikhlas melalui keterangan resmi, dikutip Jumat (7/11).
Ikhlas menjelaskan, Bobibos berasal dari tanaman yang mudah tumbuh di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di lahan persawahan.

2 weeks ago
11






































