Salah satu pelopor terbesarnya adalah NIO sejak tahun 2018. Perusahaan ini sudah membangun ribuan stasiun swap baterai di lebih dari 700 kota di China. Sekarang, NIO punya sekitar 3.376 stasiun dan memiliki target ekspansi jelang akhir tahun ini sampai 2,3 ribu stasiun ke wilayah kabupaten serta provinsi di China.
NIO tak hanya mengandalkan infrastruktur sendiri. Mereka mulai menggandeng beberapa pabrikan otomotif besar, seperti Geely Holding, Changan Automobile, Chery, JAC, GAC, FAW, sampai Lotus. Tujuannya untuk mengintegrasikan model dari jenama tersebut ke ekosistem swap milik perusahaan.
Baru-baru ini, NIO resmi bermitra dengan CATL, raksasa baterai Negeri Tirai Bambu. Total investasinya bernilai 2,5 miliar yuan (sekitar Rp 5,78 triliun) yang disuntikkan ke NIO Power. CATL akan mendukung pada pengembangan baterai, sementara jaringan Choco-Swap milik perusahaan akan diperbarui bermerek Firefly.
CATL ternyata juga turut aktif dalam memperluas sistem swap di China. Perusahaan yang menguasai 44,3 persen pangsa pasar ini menargetkan pembangunan seribu stasiun di tahun 2025. Dalam tiga tahun mendatang, CATL ingin mendirikan 10 ribu stasiun dengan target akhir sebanyak 30 ribu stasiun.
Sebelumnya, CATL mengumumkan bahwa perusahaan sudah menandatangani kerja sama strategis dengan FAW Group guna membangun stasiun swap baterai mobil di Hong Kong. Hal ini berpotensi menjadi sinyal terkait penerapan sistem swap baterai di seluruh negara ASEAN.
Beralih ke Asia Tenggara, Thailand menjadi negara perdana yang mengadopsi sistem pertukaran baterai. Fasilitas ini dioperasikan oleh Auto Drive EV Public Company Limited, sebagai operator taksi yang menggunakan mobil listrik MG EP.
Mereka bermitra dengan Susco, perusahaan energi Thailand dengan U Power Limited asal China yang menyediakan sistem otomasi tersebut, kemudian bersama Sumitomo Mitsui Auto Leasing & Service sebagai mitra pendukung operasional taksi di Phuket, Thailand.
Menilik keterangan resmi perusahaan, fasilitas ini diresmikan pada 21 Juli 2025 lalu. Sistemnya memanfaatkan teknologi yang disebut UOTTA, mengedepankan desain modular standar dan sistem kendali berbasis AI untuk mempercepat, meningkatkan efisiensi, dan mempermudah proses pertukaran baterai.
Tak main-main, karena berbekal kecerdasan buatan, sistem ini juga mendukung operasi kendaraan otonom level 4, yang bisa mengintegrasikan data kendaraan, stasiun, hingga infrastruktur digital untuk tukar baterai tanpa kendali manusia.
Lebih lanjut, U Power ternyata telah menandatangani perjanjian sebagai Electric Service Provider (ESP) di Singapura yang mencakup penyediaan stasiun tukar baterai mobil listrik. Negara ini dipilih lantaran infrastruktur lebih matang, dengan luas wilayah kecil sehingga lebih feasible dibanding pengisian biasa.
Disitat dari

4 weeks ago
37






































