Sastra BRICS dalam pertarungan hegemoni kultural

3 weeks ago 9
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Mereka tidak menghapus sejarah, tapi menulis ulang bab yang diabaikan

Jakarta (ANTARA) - Sastra kini telah menjadi "senjata lunak" dalam arena persaingan kubu negara-negara. Di ruang simbolik ini, perang tidak lagi memakai peluru, melainkan paragraf.

Lewat buku, puisi, dan naskah, identitas sebagai negara Global Selatan pun berusaha ditegaskan. Di situlah politik dan estetika saling berpelukan.

Maka, hadirnya penghargaan sastra BRICS bukan pula sekadar acara seremonial. Ia adalah deklarasi kultural. Ia menyiratkan bahwa kisah tentang dunia tidak boleh hanya ditulis oleh Barat.

Selama berabad-abad, narasi global dikendalikan dari London, Paris, dan New York. Dunia Selatan hanya menjadi latar, bukan tokoh utama.

Kini, lewat ajang penghargaan sastra BRICS, negara-negara Global South mencoba membalik posisi. Penulis dari Brasil, India, Tiongkok, Rusia, Afrika Selatan, maupun Indonesia diberi panggung untuk menulis dunia dari arah Selatan.

Di sinilah relevansi pemikiran Antonio Gramsci menemukan nafas baru. Dalam teori hegemoni kultural, Gramsci menjelaskan bahwa kekuasaan tidak hanya bekerja lewat kekerasan atau ekonomi, tapi lewat kendali atas kesadaran dan nilai.

Barat selama ini mempertahankan dominasinya bukan hanya dengan senjata, tetapi juga dengan makna. Sastra, film, dan media menjadi alat membentuk citra bahwa modernitas, rasionalitas, dan kemajuan adalah milik mereka.

Melawan hegemoni itu berarti merebut narasi, bukan sekadar merebut pasar. Negara-negara BRICS mencoba melakukan hal itu. Lewat diplomasi sastra, mereka memperjuangkan kebebasan simbolik. Mereka ingin menunjukkan bahwa kebijaksanaan, modernitas, dan nilai kemanusiaan juga lahir di Selatan.

Di tangan penulis Selatan, bahasa menjadi alat perlawanan. Cerita menjadi bentuk diplomasi. Imajinasi menjadi alat negosiasi global.

Kebangkitan sastra Global South ini tentu saja bukan kebetulan. Ia bagian dari gelombang besar, yakni dekolonisasi makna. Setelah sumber daya alam, kini nilai dan imajinasi ikut direbut kembali.

Negara-negara BRICS sadar, kekuatan sejati tidak hanya diukur dari cadangan devisa atau jumlah rudal. Ia juga diukur dari kemampuan menciptakan narasi yang dipercaya dunia. Narasi yang membuat orang percaya bahwa Selatan juga mampu memimpin arah sejarah.

Selama ini, jagad sastra memang selalu menjadi medan tarik-menarik kekuasaan. Dari kolonialisme hingga pascakolonialisme, sastra menjadi ruang legitimasi dan perlawanan.

Ketika Barat menulis tentang Selatan dengan cara menyepelekan, penulis Selatan membalas dengan cara menertawakan. Dalam setiap cerita, ada ideologi yang tersembunyi. Dalam setiap kalimat, ada perlawanan yang halus. Itulah kekuatan sastra sebagai alat politik yang senyap.

Sejauh ini, penghargaan sastra global dikuasai oleh lembaga Barat. Nobel, Booker, Pulitzer. Semua menetapkan standar universal yang berpihak pada estetika Eropa.

Bahasa dan nilai-nilai Selatan dianggap eksotis, bukan penting. Tema kemiskinan dan spiritualitas dipuji, tapi struktur berpikir Barat tetap dipertahankan. Nah, negara-negara BRICS ingin membalik tafsir itu, bahwa estetika tidak tunggal. Keindahan tidak harus lahir dari Eropa.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article