Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Yahya Zaini menyoroti peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di DKI Jakarta yang dilaporkan mendekati dua juta kasus sejak Juli hingga Oktober 2025.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta hingga Oktober 2025, total kasus ISPA mencapai 1.966.308. Peningkatan ISPA terjadi sejak Juli 2025.
Selain itu sejumlah puskesmas melaporkan pasien dengan keluhan batuk-pilek yang tak kunjung reda, sakit tenggorokan, hingga sesak napas ringan.
Selain di DKI Jakarta, lonjakan kasus ISPA juga terjadi di sejumlah daerah. Di antaranya di Bandung, Semarang, Surabaya, hingga Tabanan, Bali.
Yahya menegaskan, lonjakan keluhan ini perlu menjadi perhatian serius karena tingginya jumlah kasus dan juga kemiripannya dengan gejala Covid-19 yang berpotensi menimbulkan kekhawatiran masyarakat.
"Peningkatan kasus ISPA harus dipandang sebagai peringatan dini atas lemahnya sistem pencegahan penyakit menular berbasis komunitas, terutama di wilayah perkotaan dengan kepadatan tinggi dan tingkat polusi udara yang meningkat," kata Yahya Zaini kepada wartawan, Selasa (21/10).
"Meskipun Kementerian Kesehatan menyebut situasi masih dalam kendali, peningkatan tren sejak pertengahan tahun menunjukkan adanya faktor risiko yang perlu segera diantisipasi," sambungnya.
Ada beberapa faktor utama yang diidentifikasi sebagai penyebab lonjakan ini antara lain karena kualitas udara yang memburuk, di mana polusi dan partikel-halus di udara turut memperparah kondisi saluran pernapasan.
Lonjakan ISPA juga disebut terjadi karena pola cuaca ekstrem dan musim peralihan, serta penularan massal yang mudah. Karena sifat ISPA yang menular melalui udara dan kontak dekat, kecepatan penularan menjadi tantangan.
Hal ini lantaran ISPA merupakan penyakit yang sangat mudah menular melalui udara, droplet dan aerosol.
Politikus Golkar ini mendorong ada langkah-langkah pencegahan untuk mengantisipasi kasus ISPA semakin melonjak.
“Di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu, kualitas udara yang menurun, serta imunitas masyarakat yang cenderung melemah akibat kelelahan dan stres, potensi penyebarannya bisa meningkat secara eksponensial," kata Legislator dari Dapil Jawa Timur VIII itu.
"Karena itu, pendekatan pencegahan harus diperkuat, bukan hanya pengobatan," imbuh Yahya.
Pimpinan Komisi Kesehatan DPR ini mendesak Kementerian Kesehatan memperkuat sistem kewaspadaan dini (SKDR) hingga ke tingkat puskesmas dan fasilitas kesehatan primer. Menurut Yahya, perlu ada deteksi dini dan pelaporan kasus ISPA agar akurat.

1 month ago
20






































