Jakarta (ANTARA) - Presiden OIC Youth Indonesia Astrid Nadya Rizqita mendorong pemuda Indonesia mengambil peran strategis dalam kancah diplomasi global.
“Pemuda Indonesia harus bangkit mengambil peran strategis dalam diplomasi global. Semangat Sumpah Pemuda harus direvitalisasi menjadi energi yang menghubungkan bangsa dengan dunia melalui kekuatan soft power,” ujar Astrid Nadya Rizqita dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Hal itu disampaikan Astrid juga anggota Komite Regional Asia di Islamic Cooperation Youth Forum (ICYF) dalam sesi Town Hall yang digelar di Sekolah Politik DPP PDIP, Jakarta, Kamis.
Menurut Astrid, pemuda Indonesia merupakan kekuatan soft power strategis yang mampu menjembatani dunia diplomasi dan komunitas global.
Dengan jumlah pemuda mencapai 64 juta jiwa (BPS 2024), Indonesia memiliki potensi besar menjadi aktor penting dalam diplomasi dunia dan pembangunan umat internasional. Dalam forum tersebut, Astrid menyoroti pentingnya solidaritas global dan perdamaian dunia.
Pentingnya pemberdayaan pemuda sebagai langkah strategis untuk memperkuat diplomasi dan kerja sama internasional berbasis nilai-nilai kebangsaan, kata dia.
Indonesia dikenal memiliki tradisi diplomasi yang kuat dan berpengaruh di tingkat global. Konferensi Asia Afrika 1955 yang melahirkan Dasasila Bandung menjadi dasar nilai kemerdekaan, keadilan, dan perdamaian dunia.
Indonesia juga menjadi pelopor pembentukan Gerakan Non-Blok, ASEAN, dan Organisasi Kerja Sama Islam (OIC).
Komitmen terhadap pemberdayaan pemuda semakin menguat melalui Deklarasi Jakarta yang dihasilkan pada Parliamentary Union of OIC Member States (PUIC) Mei 2025, kata dia.
Deklarasi tersebut menyerukan kerja sama antarnegara OIC untuk memperkuat pendidikan, riset, dan pemberdayaan generasi muda secara berkelanjutan.
Namun, Astrid menilai partisipasi pemuda dalam diplomasi masih dominan bersifat simbolik.
"Kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat sipil menjadi tantangan nyata bagi keterlibatan substantif pemuda dalam proses pengambilan kebijakan internasional," kata dia.
OIC Youth Indonesia telah menjalankan sejumlah program konkret, seperti Model OIC sebagai pelatihan diplomasi, pembentukan Relawan Diplomasi, serta revitalisasi nilai-nilai Dasasila Bandung di sekolah, pesantren, dan kampus. Program tersebut dinilai telah menjadi contoh kolaborasi efektif lintas sektor.
Astrid juga menyoroti keberhasilan Azerbaijan memimpin Gerakan Non-Blok periode 2019–2023 dengan membentuk Organisasi Pemuda Gerakan Non-Blok di Baku.
Indonesia, lanjut dia, sebagai pelopor gerakan ini, perlu kembali berperan aktif menggaungkan diplomasi pemuda di panggung dunia.
"Kita harus memposisikan pemuda sebagai pelaku utama diplomasi yang partisipatif dan berkelanjutan demi masa depan bangsa dan dunia," kata dia.
Baca juga: Tantangan agar semangat Sumpah Pemuda tetap GAUL di era digital
Baca juga: Menjawab tantangan diaspora muda Indonesia di panggung global
Baca juga: Menelusuri 3 tempat bersejarah di balik lahirnya Sumpah Pemuda
Pewarta: Azis Kurmala
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

3 weeks ago
13






































