Pelayanan kesehatan masyarakat merupakan komponen krusial dalam kesehatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup melalui pencegahan penyakit, promosi kesehatan, dan aksesibilitas layanan medis bagi seluruh lapisan masyarakat. Pelayanan kesehatan idealnya berlandaskan prinsip empati, di mana dokter tidak hanya berfokus pada aspek medis saja, tetapi juga memahami emosional dan psikologis pasiennya.
Ketika kita mendatangi dokter, rasa takut, cemas, dan rasa ketidaknyamanan sering kali muncul dalam diri kita Bayangkan jika dokter hanya berkata : “Ini obatnya, minum tiga kali sehari” tanpa menoleh ke mata kita dan tanpa menanyakan bagaimana perasaan kita. Pelayanan seperti itu mungkin cepat secara teknis, namun kurang menyentuh secara manusiawi.
Sebuah realitas tenaga kesehatan yang sering kali muncul di Indonesia menunjukkan bahwa banyak kasus terkait komunikasi dokter dengan pasien yang mengatakan bahwa dokter terlalu cepat, kurang menjelaskan, atau tidak menanyakan bagaimana keadaan saya secara emosional”. Data ini menunjukkan bahwa empati bukan sekadar teori, tapi perlu diterapkan secara nyata agar pasien merasa didengar dan diperhitungkan.
Empati bagi tenaga medis bukan hanya sekadar rasa iba, melainkan kemampuan dokter untuk menempatkan diri pada posisi pasien secara emosional. Dengan cara memahami perasaan, kekhawatiran, serta harapan pasien kepada dokter untuk memberikan pelayanan yang lebih manusiawi dan dukungan personal. Pendekatan secara emosional memungkinkan untuk terbentuk hubungan saling percaya antara dokter dan pasien yang menjadi fondasi utama dalam keberhasilan proses penyembuhan pasien. Pasien yang merasa dipahami dan dihargai juga cenderung lebih terbuka dalam mengungkapkan keluhan yang mereka rasakan, lebih patuh pada pengarahan, serta memiliki semangat yang lebih tinggi untuk sembuh.
Terdapat penelitian yang mengatakan bahwa pelayanan dokter dengan rasa empati yang penuh kepada pasien sangat penting dilakukan agar dokter lebih tahu mendalam mengenai keluhan pasien. Penelitian tersebut berjudul “Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan di RSUD Kota Malang” karya Ilma Nur Khamidah menunjukkan bahwa aspek empati memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kenyamanan dan kepuasan pasien selama menjalani perawatan. Pasien merasa lebih diperhatikan, dihargai, dan didukung ketika dokter mampu mendengarkan secara aktif, menjelaskan kondisi penyakit dengan bahasa yang mudah dipahami.
Beberapa orang pasti berpikir bahwa profesionalisme adalah sikap yang terlalu formal, kaku, dan kurang fleksibel dalam pekerjaan. Padahal, profesionalisme yang sejati adalah saat seseorang memiliki keahlian teknis dengan sikap empatik. Seorang dokter yang mampu memberikan pelayanan secara empatik dan hangat secara manusiawi akan memberikan pengalaman perawatan yang berbeda.
Contoh konkret: pasien dengan penyakit kronis yang merasa dihargai oleh dokternya cenderung lebih patuh terhadap pengobatan, lebih terbuka terhadap saran, dan memiliki motivasi lebih tinggi untuk pulih.
Meski empati sangat penting dalam pelayanan kesehatan, penerapan yang sering terhambat dengan beban kerja dokter yang tinggi, tekanan administratif, dan terbatasnya pelatihan komunikasi empatik. Namun, sebagai tenaga kesehatan harus tetap mengatasi hal tersebut dengan memasukkan pelatihan empati dalam kurikulum kedokteran, menyediakan waktu konsultasi yang memadai, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan emosional tenaga medis.
Pelayanan yang tulus akan menggabungkan keahlian medis dengan sikap empati. Jika hal tersebut dilakukan maka dapat menjadi fondasi kuat untuk keberhasilan terapi dan pemulihan pasien. Ketika dokter tidak hanya mengobati penyakit, tetapi juga menyembuhkan manusia, maka akan terbentuk relasi yang kuat, proses perawatan yang lebih efektif, dan hasil yang lebih baik.

2 weeks ago
26






































