Juba (ANTARA) - Para pakar Sudan Selatan dan China berkumpul dalam sebuah simposium guna bertukar pandangan tentang upaya bersama memajukan modernisasi berdasarkan hasil-hasil utama dari sidang pleno keempat Komite Sentral ke-20 Partai Komunis China yang baru saja berakhir.
Simposium satu hari yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar China di Sudan Selatan pada Kamis (30/10) itu mempertemukan para pejabat, akademisi, dan perwakilan lainnya dari kedua negara.
"Kami dapat memperoleh manfaat dari komitmen Anda terhadap visi, disiplin, dan penyempurnaan tata kelola yang berkelanjutan. Kami akan mengambil inspirasi dari dan menyesuaikan model pelayanan nasional China untuk menanamkan nilai-nilai serta menumbuhkan rasa identitas bersama di kalangan generasi muda kami," kata Kuol Manyang Juuk, penasihat senior Presiden Sudan Selatan Salva Kiir, dalam acara yang diadakan di Juba, ibu kota Sudan Selatan.
Leben Nelson Moro, direktur Direktorat Hubungan Eksternal Ilmiah dan Budaya di Universitas Juba, menekankan perlunya membangun tatanan global multilateral guna menjaga kesetaraan pembangunan dan keamanan bagi semua negara. "Pengalaman yang kami pelajari dari China adalah bahwa puluhan tahun perdamaian dan stabilitas memungkinkan adanya perencanaan pembangunan," ujar Moro.
Han Hua, salah satu pendiri sekaligus sekretaris jenderal Beijing Club for International Dialogue, menegaskan bahwa empat inisiatif global China, yakni Inisiatif Pembangunan Global (Global Development Initiative/GDI), Inisiatif Keamanan Global (Global Security Initiative/GSI), Inisiatif Peradaban Global (Global Civilization Initiative/GCI), dan Inisiatif Tata Kelola Global (Global Governance Initiative/GGI), menawarkan solusi realistis terhadap berbagai tantangan global seperti konflik, krisis ekonomi, dan perubahan iklim.
"Setiap negara, besar maupun kecil, memiliki hak sekaligus tanggung jawab untuk membantu membentuk tatanan global. Di seluruh Afrika dan Asia, kami telah melihat bagaimana pendekatan ini dapat diterjemahkan menjadi kemajuan nyata mulai dari jalan raya hingga jaringan listrik dan jaringan digital, tetapi tujuan utamanya bukanlah membangun struktur, melainkan kepercayaan diri dan kapasitas agar negara-negara dapat berdiri di atas kaki mereka sendiri," kata Han.
Xue Li, wakil direktur Unit Studi Internasional dan Bahasa Inggris di Universitas Hubungan Luar Negeri China (China Foreign Affairs University), mengatakan bahwa Rencana Lima Tahun ke-15 untuk periode 2026-2030 menunjukkan visi menjanjikan China untuk kerja sama saling menguntungkan dengan seluruh dunia, terutama di masa ketidakstabilan dan ketidakpastian.
"Modernisasi China yang terus maju tidak diragukan lagi akan menciptakan peluang besar bagi pembangunan bersama dunia. Secara historis, China dan negara-negara Afrika telah bekerja bahu-membahu dan membangun persahabatan yang mendalam dalam proses perjuangan untuk kemerdekaan dan pembebasan nasional," ujar Xue.
Melha Ruot Biel, direktur eksekutif Institut Studi Strategis dan Kebijakan (Institute for Strategic and Policy Studies) yang berbasis di Juba, mengatakan bahwa menjaga perdamaian yang berkelanjutan, persatuan, dan upaya kolektif untuk pembangunan bersama telah menjadi faktor penting dalam mendorong modernisasi China.
"Afrika dan seluruh dunia perlu belajar dari China tentang bagaimana mereka mencapai modernisasi serta bagaimana mereka mempertahankan perdamaian dan persatuan," ujarnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

3 weeks ago
20






































