Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan pengolahan sampah menjadi energi atau waste to energy (WtE) memerlukan anggaran yang sangat besar. Peraturan mengenai pengolahan sampah menjadi energi pun sudah diteken dalam beleid Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2025.
“Bapak presiden ini sangat greget ini, bagaimana sampah bisa diselesaikan melalui waste-to-energy,” kata Hanif saat menghadiri Forum Plastic, Climate, Biodiversity Nexus Forum di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (28/10).
Hanif menyebutkan, satu unit pengolahan sampah menjadi energi itu bisa mencapai Rp 3 triliun. Namun, menurutnya, hal tersebut harus segera dilakukan agar sampah tidak menjadi permasalahan yang berlarut-larut.
“Untuk waste-to-energy ini, maka investasinya satu unit per 1.000 ton per day, kita memerlukan dana hampir Rp 3 triliun,” tuturnya.
“Kalau semua hampir seluruh kota dengan 1.000 ton per day yang kita asumsikan ada 21 aglomerasi kabupaten/kota, maka diperlukan Rp 63 triliun untuk membangun waste-to-energy,” lanjutnya.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menargetkan pembangunan 34 titik proyek waste to enegy dalam dua tahun.
Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, Pandu Patria Sjahrir, mengungkap bahwa Danantara menargetkan proyek WtE di seluruh Indonesia, dengan 10 proyek pertama akan dimulai tahun ini di lima kota berbeda.
Proyek ini diperkirakan membutuhkan investasi besar sekitar USD 150 juta hingga USD 200 juta, atau sekitar Rp 2,4 triliun sampai Rp 3,3 triliun (kurs Rp 16.583 per dolar AS).
“Ini akan menjadi proyek waste to energy terbesar di dunia,” kata Pandu dalam acara Forbes Global CEO di Hotel St.Regis Jakarta, Rabu (15/10).

4 weeks ago
16






































