Lampung Geh, Bandar Lampung — Isu kekerasan terhadap perempuan menjadi fokus bahasan dalam Majelis Jumat Klasika edisi Oktober yang digelar Kelompok Studi Kader (Klasika) Lampung, Jumat (24/10).
Diskusi bertajuk “Kekerasan Perempuan, Tubuh, dan Relasi Kuasa” ini menghadirkan dua pemantik, Afrintina, Direktur Eksekutif Perkumpulan Damar Lampung, dan Juwita Tri Utami, Ketua Bidang Hukum dan Advokasi Kopri PB PMII.
Direktur Klasika, Ahmad Mufid mengatakan, Majelis Jumat Klasika dihadirkan untuk merawat nalar kritis di kalangan generasi muda, di tengah derasnya arus informasi yang sering kali membuat masyarakat kehilangan ruang refleksi.
“Di era kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, kita sering kehilangan ruang untuk mendalami dan memaknai informasi yang datang begitu cepat. Karena itu, Majelis Jumat Klasika hadir sebagai ruang dialog dan refleksi bersama,” kata Mufid.
Ia menambahkan, upaya mencerdaskan kehidupan bangsa tidak bisa hanya bertumpu pada pendidikan formal.
“Komunitas literasi, ruang dialog, dan pendidikan alternatif harus terus tumbuh di tengah masyarakat sebagai bagian dari upaya merawat nalar bangsa,” ujarnya.
PIC Majelis Jumat Klasika edisi Oktober, Eka Febriani menjelaskan, tema kekerasan perempuan dan relasi kuasa dipilih karena masih menjadi isu sosial yang mendesak.
“Banyak kasus kekerasan seksual terjadi karena adanya relasi kuasa antara pelaku dan korban. Tubuh perempuan sering menjadi medan tafsir dan kontrol sosial yang mengekang,” jelas Eka.
Menurutnya, tubuh perempuan kerap menjadi medan tafsir dan kontrol dalam relasi kuasa, baik sosial, budaya, maupun politik. Kekerasan terhadap perempuan tidak hanya berupa tindakan fisik, tetapi juga simbolik dan struktural.
“Melalui Majelis Jumat ini, Klasika ingin mengajak publik membedah bagaimana tubuh perempuan diposisikan dalam sistem sosial yang lebih luas, serta bagaimana kesadaran kritis dapat dibangun untuk melawan ketidakadilan gender,” tegasnya
Ketua Bidang Hukum dan Advokasi Kopri PB PMII, Juwita Tri Utami dalam pemaparannya menyebut, kekerasan seksual terhadap perempuan masih menunjukkan peningkatan, termasuk di Provinsi Lampung.
Ia menilai kekerasan tersebut berakar pada relasi kuasa yang melekat di berbagai ruang sosial, mulai dari pendidikan hingga dunia kerja.
“Dalam dunia pendidikan ada relasi dosen dan mahasiswa, di organisasi ada senior dan junior, di dunia kerja ada atasan dan bawahan. Di setiap relasi itu ada potensi penyalahgunaan kekuasaan,” kata Juwita.
Ia menjelaskan, perilaku kekerasan tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan terbentuk dari pengalaman sosial dan lingkungan yang tidak sehat. Mengutip teori Erich Fromm, Juwita menjelaskan, perilaku agresif destruktif muncul ketika individu tumbuh di lingkungan yang penuh kekerasan.
“Ketika seseorang dibesarkan di lingkungan keluarga yang sering terjadi ke...

1 month ago
15






































