Nurul Atika (15) dan Muhammad Radika (16) Maulana murid sekolah rakyat menegah atas 26 Makassar, Sukawesi Selatan. Keduanya punya mimpi besar yang tumbuh dari tempat sederhana—sebuah sekolah berasrama yang berdiri untuk anak-anak dari keluarga prasejahtera.
Sekolah rakyat seperti SRMA 26 menjadi tempat yang memberikan akses pendidikan gratis, tempat tinggal, makanan, hingga perlengkapan belajar bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu.
Ingin Jadi Psikolog, Belajar dari Jarak dan Rindu
“Nama saya Nurul Atika, biasa dipanggil Tika,” katanya sambil tersenyum malu.
Tika mengenal sekolah ini dari orang tuanya yang masuk dalam Program Keluarga Harapan (PKH). Awalnya, ia menolak. “Awalnya tidak mau karena ini kan sekolah berasrama, jadi takut nanti jauh dari orang tua,” ujarnya pelan.
Namun seiring waktu, Tika mulai berpikir lebih jauh. “Oh, kalau di sini nanti saya nggak bakalan ngerepotin keluarga.”
Ayahnya sudah lama meninggal. Ibunya seorang ibu rumah tangga, dan kakak sulungnya bekerja di pabrik roti untuk menghidupi empat bersaudara. Hidup mereka sederhana, tapi penuh dukungan.
Kini, setelah empat bulan di SRMA 26, Tika merasa betah. “Yang bikin betah di sini karena di sini kayak berinteraksi dengan teman lebih mudah, terus guru-gurunya juga asik,” katanya.
Ia menambahkan, “Fasilitas di sini sangat lengkap. Dari perlengkapan pakaian sekolah, semua gratis, makanan sehari-hari, terus sampai peralatan mandi juga ada langsung disiapkan dari sini.”
Mimpinya besar: menjadi psikolog dan kuliah di luar negeri. “Cita-cita saya jadi psikolog,” ujar Tika mantap. “Kuliahnya saya ingin kuliah di Cina," tambahnya.
Meski akses internet dibatasi, semangatnya mencari informasi tak surut. “Akses internetnya itu walaupun jarang pegang HP tapi di perpustakannya ada komputer yang bisa digunakan untuk cari-cari informasi seperti itu,” tuturnya.
Ia juga bercerita soal ibunya yang mendukung saat ia mencalonkan diri sebagai Ketua OSIS. “Dia memberikan doa dan juga memberikan saya semangat,” kenang Tika. Meski belum terpilih, semangatnya untuk belajar dan menembus dunia tetap menyala.
Radika dengan Cita-citanya menjadi Hakim
Tak jauh dari asrama putri, Muhammad Radika Maulana usai pelajaran kelas. “karena memang kemauan dan minat gue masuk di sini,” katanya sambil merapikan meja.
Radika tinggal hanya dengan ibu dan empat adiknya. “Kalau untuk orang tua, dari latar belakang, saya cuma tinggal bersama Ibu dan kakak-adik di rumah. Ibu rumah tangga,,” ujarnya. Kakaknya bekerja sebagai karyawan, sementara ia dulu sering membantu menjaga adik-adiknya sebelum masuk sekolah rakyat.
Kini, SRMA 26 jadi rumah keduanya. “Alhamdulillah, sudah merasa nyaman berasrama di sini karena dapet banyak teman-teman. Waliasu dengan guru-guru yang baik di sini,” ucapnya.

1 month ago
15






































