Kereta Cepat dan Keadilan Mobilitas: Siapa Menanggung, Siapa Menikmati?

2 weeks ago 26
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Ilustrasi Whoosh. Foto: KCIC

Polemik mengenai Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur tidak pernah sepenuhnya soal teknologi atau kebanggaan nasional.

Ia selalu membawa konsekuensi sosial, ekonomi, dan politik yang berkaitan dengan pertanyaan mendasar: siapa yang membayar dan siapa yang menikmati manfaatnya?

Dalam perspektif sosiologis, terutama perspektif kelas, proyek ini memperlihatkan bahwa distribusi risiko dan manfaat pembangunan tidak pernah netral. Ia mengikuti struktur kekuasaan, kepentingan negara, dan posisi tawar antarkelompok sosial.

Proyek KCJB menelan biaya sekitar 120 hingga 125 triliun rupiah, angka yang membengkak dari perencanaan awal. Pembengkakan biaya (cost overrun) ini kemudian memaksa penyesuaian struktur pembiayaan, termasuk penambahan porsi utang yang ditanggung oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai pemimpin konsorsium.

Padahal KAI bukan hanya mengelola kereta cepat, tetapi juga layanan transportasi publik sehari-hari yang digunakan jutaan orang, seperti KRL Jabodetabek, kereta perintis, dan kereta kelas ekonomi.

Ketika beban pembayaran bunga sekitar dua triliun rupiah per tahun harus dimasukkan dalam neraca keuangan KAI, maka risiko penyesuaian tarif atau pengurangan subsidi sangat mungkin terjadi.

Di titik ini, beban ekonomi proyek yang sejak awal disebut sebagai kerja sama bisnis ke bisnis (B2B) mulai perlahan berpindah ke ruang sosial, yaitu ke masyarakat yang menjadi pengguna layanan transportasi lain.

Dengan kata lain, kelas pekerja yang belum tentu pernah naik kereta cepat pun bisa ikut “membayar” proyek ini melalui kenaikan tarif transportasi massal atau pengurangan layanan publik.

Inilah pola yang dikenal dalam kajian sosiologi pembangunan sebagai redistribusi beban ke bawah, ketika proyek yang berorientasi prestise dan pertumbuhan ekonomi elitis menimbulkan dampak struktural bagi kelompok yang tidak memiliki kendali terhadap keputusan kebijakan.

Mobilitas sebagai Cermin Ketimpangan Kelas

Untuk memahami siapa yang benar-benar memanfaatkan kereta cepat, kita harus melihat data penggunaan dan pola perjalanan. Sejak beroperasi, KCJB mencatat lonjakan penumpang terutama pada akhir pekan dan musim liburan.

Pada hari kerja, jumlah penumpang jauh lebih rendah. Selain itu, okupansi tertinggi sering terjadi ketika terdapat diskon tarif, bukan pada tarif normal. Kondisi ini menunjukkan bahwa kereta cepat lebih banyak digunakan sebagai moda perjalanan rekreasi dan gaya hidup, bukan sebagai moda mobilitas harian yang mendukung aktivitas ekonomi pekerja.

Gambaran ini diperkuat oleh pengamatan lapangan: banyak penumpang membawa koper besar atau perlengkapan wisata. Sangat jarang terlihat komuter yang memakai seragam kantor atau membawa tas kerja.

Pada saat yang sama, pekerja harian yang tinggal di wilayah sekitar Jakarta dan Bandung tetap mengandalkan kereta biasa, KRL, angkot, dan bus sebagai moda transportasi utama. Hal ini memperlihatkan bahwa kelas sosial menentukan akses mobilitas bahkan ketika infrastruktur baru telah dibangun.

Kereta cepat juga menghadapi masalah keterhubungan ruang. Stasiun-stasiunnya tidak berada di pusat kota, melainkan di Padalarang dan Tegalluar. Pengguna harus menggunakan moda lanjutan untuk mencapai pusat Bandung, yang menambah biaya, waktu, dan ketidakpastian perjalanan.

Bagi pekerja harian, mobilitas bukan hanya soal kecepatan, tetapi soal kepastian dan keterjangkauan. Jika satu moda transportasi tidak memberikan keduanya, maka ia hanya akan menjadi alternatif bagi mereka yang memiliki kelonggaran finansial dan waktu.

Dalam ...

Read Entire Article