1 month ago
18
Beijing (ANTARA) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing mengadakan forum bisnis untuk mengajak lebih banyak pengusaha China melakukan investasi maupun meningkatkan hubungan dagang dengan Indonesia.
"Kami mengundang lebih banyak investor dan pengusaha dari China untuk bergabung dengan kami dalam perjalanan bernilai tambah," kata Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun saat menyampaikan sambutan dalam forum bisnis tersebut di Beijing, Jumat.
"Bab selanjutnya dalam pembangunan Indonesia selaras dengan visi jangka panjang kami yaitu pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif," kata Djauhari menambahkan.
Hadir dalam acara tersebut Deputi Bidang Koordinasi Pembangunan Perumahan dan Sarana dan Prasarana Permukiman Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI Ronny Hutahayan, Bupati Kepulauan Tanimbar Ricky Jauwerissa, dan pemimpin Pura Mangkunegaran Solo Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X atau Gusti Bhre.
Selain itu hadir juga Direktur Corporate Banking BRI Riko Tasmaya, Wakil Ketua Kamar Dagang Indonesia Komite Tiongkok (KIKT) Jona Widhagdo Putri, para pejabat lain serta sekitar 200 orang pengusaha asal China.
"Kami mencari lebih banyak sinergi dalam investasi untuk pembangunan hijau, digitalisasi, ketahanan kesehatan dan ketahanan pangan," tambah Dubes Djauhari.
Tema forum bisnis yaitu "Sinergi untuk Kerja sama Berkualitas Tinggi bidang Pariwisata, Perdagangan dan Investasi antara Indonesia dan China", menurut Dubes Djauhari menjadi arah masa depan kerja sama kedua negara.
"Itu berarti kita bergerak melampaui volume dagang menuju produk bernilai tambah, kita bergerak melampaui transaksi menuju transformasi," tambah Dubes Djauhari.
Dubes Djauhari mengatakan terjadi peningkatan yang signifikan dalam kerja sama perdagangan, pariwisata, dan investasi antara kedua negara dalam tujuh tahun terakhir
Di bidang perdagangan, volume perdagangan bilateral kedua negara pada 2024 mencapai 147,79 miliar dolar AS sementara khusus untuk periode Januari-Agustus 2025, volume perdagangan telah mencapai hampir 104,82 miliar dolar AS.
Dengan angka tersebut, China menjadi mitra dagang terbesar Indonesia dengan ekspor Indonesia ke China sebagian besar terdiri dari minyak sawit, batu bara, nikel olahan, sarang burung walet, buah-buahan tropis dan lainnya.
Di bidang investasi, pada 2024 saja, investasi China bernilai 8,1 miliar dolar AS, sementara investasi dari Hong Kong USD tercatat 8,2 miliar dolar AS. Untuk semester pertama 2025, investasi asal China berada di angka 3,6 miliar dolar AS dan Hong Kong sekitar 4,6 miliar dolar AS sehingga menempatkan keduanya di posisi ketiga dan kedua investor terbesar ke Indonesia.
"Investasi tersebut mencakup sektor-sektor kunci dari infrastruktur dan manufaktur hingga energi terbarukan dan teknologi digital," tambah Dubes Djauhari.
Terlebih pada 2025, Dubes Djauhari mengatakan Indonesia-China sepakat untuk memperkuat "Local Currency Settlement" (Penyelesaian transaksi dalam mata uang lokal) menjadi "Local Currency Transactions (transaksi dalam mata uang lokal) sehingga akan semakin memperkuat kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi.
Selanjutnya di bidang pariwisata, pada 2024 sekitar 1,2 juta wisatawan asal China berkunjung ke Indonesia. Sementara untuk periode Januari-Agustus 2025, jumlah wisatawan China yang datang ke Tanah Air sudah mencapai 905.002 orang.
"Potensinya masih sangat besar seiring dengan membaiknya konektivitas penerbangan dan dibukanya destinasi-destinasi baru," ungkap Dubes DJauhari.
Dubes Djauhari juga mengajak masyarakat China untuk berkunjung tidak hanya ke Bali tapi juga mendatangi Solo, Jawa Tengah hingga Tanimbar, provinsi Maluku.
"Untuk selanjutnya, kita perlu untuk menambah nilai dan melakukan diversifikasi sehingga mencapai perdagangan yang seimbang dan berkelanjutan. Kami juga tidak lagi hanya sumber bahan baku, tetapi pusat hilirisasi dengan memproses nikel kami menjadi baterai kendaraan listrik, bauksit menjadi aluminium, dan minyak sawit menjadi oleokimia," jelas Dubes Djauhari.
Dubes Djauhari juga meminta para pengusaha China untuk tidak hanya melihat Indonesia tapi juga ASEAN karena Indonesia adalah bagian dari ASEAN.
"Jika kita dapat memiliki kerja sama yang lebih baik di tahun-tahun mendatang, dengan Indonesia, dengan ASEAN, yang kami perkirakan sekitar 20 tahun yang akan datang akan menjadi nomor empat secara ekonomi dan Indonesia akan menjadi nomor lima atau enam. Pikirkan potensi dari kolaborasi antara Indonesia, ASEAN, dan China," tambah Dubes Djauhari.
Terlebih, Presiden Prabowo Subianto juga baru saja mengunjungi China pada 3 September 2025 lalu.
"Bahkan dalam situasi yang sangat sulit di Jakarta, Presiden Prabowo memutuskan untuk datang ke China dan berpartisipasi dalam acara 3 September lalu. Itu adalah cerminan betapa dekatnya hubungan antara kedua pemimpin kita dan kedua bangsa kita karena kita semua berkumpul di sini tidak hanya sebagai mitra, tetapi juga sebagai perancang masa depan kerja sama bisnis dan ekonomi Indonesia-China," tegas Dubes Djauhari.
Setelah forum bisnis, KBRI Beijing juga memfasilitasi "business matching" dimana para pengusaha China dipertemukan dengan pihak terkait dari Indonesia seperti perbankan, pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Indonesia Investment Promotion Center (IIPC) Beijing dan pihak-pihak lainnya.
Pada malam hari, akan diselenggarakan resepsi diplomatik sebagai peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia.
Baca juga: Mentrans ajak investor China kembangkan durian di kawasan transmigrasi
Baca juga: Indonesia dan China perkuat kerja sama pengembangan produk halal
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
