Hizbullah menyatakan memiliki hak untuk membela diri terhadap Israel dan menolak prospek negosiasi politik apa pun antara Lebanon dan Israel.
Dikutip dari AFP, Kamis (6/11), Israel sebelumnya memperingatkan dapat meningkatkan operasinya di Lebanon melawan Hizbullah. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahkan menuduh Hizbullah kembali memegang senjata.
"Kami menegaskan kembali hak sah untuk membela diri melawan musuh yang memaksakan perang terhadap negara kami dan tidak menghentikan serangannya," kata Hizbullah dalam keterangannya.
Hizbullah yang didukung Iran menyatakan menolak prospek negosiasi politik apa pun antara Lebanon dan Israel.
"Negosiasi semacam itu tidak akan melayani kepentingan nasional negara kami," ujarnya.
Pemerintah Lebanon dijadwalkan menggelar perundingan untuk mengkaji perkembangan upaya pelucutan senjata Hizbullah pada malam ini. Pemerintah Lebanon juga menyatakan tetap berkomitmen pada gencatan senjata yang disepakati dengan Israel tahun lalu.
Meski telah sepakat gencatan senjata pada November 2024, Israel masih mempertahankan pasukannya di lima wilayah di Lebanon selatan dan rutin melakukan serangan.
Sebagai bagian kesepakatan, pemerintah Lebanon memerintahkan militer menyusun rencana untuk melucuti senjata Hizbullah. Namun Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menuduh Presiden Lebanon Joseph Aoun menunda rencana itu.
"Komitmen pemerintah Lebanon untuk melucuti Hizbullah dan menyingkirkannya dari Lebanon selatan harus diimplementasikan. Penegakan hukum secara maksimal akan dilanjutkan dan bahkan ditingkatkan. Kami tidak akan membiarkan ancaman apa pun terhadap penduduk di utara," kata Katz.
Pada September 2024, Israel membunuh pemimpin Lebanon Hassan Nasrallah bersama pemimpin senior lainnya. Sejak kesepakatan gencatan senjata, AS meningkatkan tekanan kepada otoritas Lebanon untuk membubarkan Hizbullah.
Israel dalam beberapa minggu terakhir meningkatkan serangannya di Lebanon. Israel beralasan menargetkan Hizbullah.

2 weeks ago
25






































