Gagal Move On: Saat Kenangan Jadi Rumah yang Tak Lagi Layak Dihuni

2 weeks ago 13
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Foto: Dokumentasi Pribadi.

Kita semua pernah tinggal di “rumah” kenangan—tempat segala hal terasa akrab, meski sudah tak nyaman. Dulu, rumah itu penuh romansa, gelak tawa, serta mimpi-mimpi dan rencana. Namun sekarang, yang tersisa hanyalah gema langkah kita sendiri. Fenomena gagal move on bukan sekadar cinta yang belum padam, melainkan tentang keengganan untuk meninggalkan tempat yang pernah membuat kita merasa hidup. Padahal, rumah itu—yang dulu terasa hangat—kini sudah bocor dari segala sisi.

Ada perasaan sentimental yang aneh: kita tahu sudah waktunya keluar, tapi tetap duduk di ruang tamu kenangan, menatap foto lama, berharap sesuatu yang tak akan kembali. Mungkin, sebenarnya kita bukan mencintai orangnya, melainkan perasaan yang dulu pernah membuat kita terasa jauh lebih hidup.

Antara Otak yang Rasional dan Hati yang "Membandel"

Menurut penelitian Denise R. Beike dan Elizabeth T. Wirth-Beaumont (2005), seseorang baru benar-benar bisa merasa closure atau penutupan emosional ketika intensitas emosi di balik kenangan sudah menurun. Semakin kuat perasaan yang tertinggal, semakin lama kita “terjebak” di sana.

Saya merasa konsep ini menjelaskan mengapa banyak orang yang tampak sudah “melupakan” secara logika masih terikat secara emosi. Otak tahu hubungan itu sudah selesai, tapi hati belum menemukan titik tenang. Dan sering kali, yang kita rindukan bukan orangnya, melainkan perasaan dicintai ketika bersama dia. Kita menolak kenyataan bukan karena tidak paham, melainkan masih ingin merasakan validasi yang dulu membuat kita merasa cukup.

Closure bukan berarti lupa, melainkan berhenti mencari alasan untuk apa yang sudah berlalu. Ketika kita berhenti bertanya, “Kenapa dia tega ninggalin aku?”, dan mulai bilang, “Oh, memang sudah waktunya dia pergi,”—di situlah pintu rumah kenangan mulai terkunci pelan-pelan.

Cara Mengingat Kita Menentukan Seberapa Dalam Luka Itu

Foto: Dokumentasi Pribadi.

Riset dari Sanda Dolcos dan timnya di University of Illinois (2018) menemukan bahwa ketika seseorang terlalu fokus pada aspek emosional dari kenangan—seperti rasa sakit, kecewa, atau kehilangan—otak justru makin memperkuat memori itu. Sebaliknya, jika fokus dialihkan ke konteks (siapa, kapan, di mana, apa yang terjadi), kenangan jadi lebih “netral” dan efek emosionalnya melemah.

Menurut saya, ini seperti menonton ulang film lama. Kalau kamu menontonnya sambil merasa “aku korban di sini”, film itu selalu terasa menyakitkan. Namun, kalau kamu menontonnya dengan jarak, seperti penonton, bukan pemeran utama, kamu bisa melihat hal-hal yang dulu terlewat: kesalahan kecil, tanda-tanda akhir, atau pelajaran yang ternyata penting.

Saya pernah berpikir bahwa move on berarti berhenti mengingat. Namun, setelah membaca riset ini, saya sadar: bukan ingatannya yang harus dihapus, tapi cara kita menatapnya yang perlu diubah. Kita tidak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa mengubah narasinya di kepala. Ketika kita mengganti kalimat “dia ninggalin aku” jadi “sudah waktunya kami selesai”, kita memberi ruang bagi diri untuk berdamai tanpa harus menutup kenangan itu dengan kebencian.

Menghindari Kenangan Justru Membuat Kita Terjebak

Dalam tulisannya di Anxiety and Depression Association of America (ADAA), Barbara O. Rothbaum dan Sheila A.M. Rauch (2023) menjelaskan bahwa orang yang terus menghindari kenangan menyakitkan justru berisiko lebih tinggi mengalami kecemasan dan depresi. Otak menandai kenangan itu sebagai “bahaya”, sehingga setiap kali muncul, reaksi emosionalnya jadi makin kuat.