Fotografi bukan cuma soal hasil yang tajam atau warna yang mencolok. Foto yang bagus itu adalah foto yang bisa bikin orang merasakan hal yang unik, entah dari pemandangan senja di kota yang ramai atau keseriusan dari pertandingan yang tertangkap tanapa dibuat buat. Kamera memang alat utamanya, tapi yang paling penting menurutku adalah fotografer yang di balik kamera.
Aku mulai suka memotret karena sering kagum sama hal-hal kecil di sekitar. Awalnya cuma foto pemandangan pakai kamera ponsel. Lama-lama aku sadar, yang bikin foto itu menarik bukan alatnya, tapi momen dan perasaan saat kita menekan tombol shutter. Dari situlah aku mulai belajar lebih dalam, terutama tentang bagaimana memotret dua hal yang paling aku suka: pemandangan dan makhluk hidup.
Kalau ada satu hal yang paling menentukan hasil foto, menurutku itu cahaya. Aku nggak terlalu teknikal soal exposure atau white balance tapi aku selalu memperhatikan rasa cahaya. Misalnya, saat matahari mulai turun di sore hari, warnanya jadi lebih lembut dan hangat. Aku suka banget momen itu karena cahaya terasa hidup, dan apapun yang kita foto, entah gunung, laut, atau orang yang berdiri di pinggir jalan, semuanya terlihat lebih berkarakter. Banyak orang bilang golden hour itu waktu terbaik untuk memotret, dan aku setuju karena karena itu membawa kehidupan ke dalam gambar, tapi bukan cuma soal jamnya, melainkan tentang suasananya.
Bicara soal teknik, aku nggak terlalu patuh sama aturan. Banyak buku fotografi bicara tentang rule of thirds atau leading lines, tapi buatku aturan itu cuma panduan awal. Foto yang bagus bukan soal posisi subjek di grid, tapi tentang keseimbangan antara elemen di dalam frame. Menurutku, foto yang terlalu teknikal justru sering terasa kaku dan membosankan.
Semua elemen memang rapi, tapi nggak ada rasa di dalamnya. Semua komposisinya memang pas dan bener, pencahayaannya sempurna, tapi nggak ada “rasa” di dalam fotonya. Aku lebih suka foto yang mungkin agak miring sedikit asal ada emosi yang bisa dirasakan waktu melihatnya.
Salah satu foto favorit saya adalah ketika saya pergi ke kebun binatang Australia, unta-unta berkeliaran bebas, dan saya memotretnya sambil bermain-main dengan warna-warnanya. Meskipun beberapa orang mungkin merasa fotonya terlalu kuning, bagi saya, warna kuning memberikan kesan yang lebih kuat terhadap foto tersebut.
Tapi jangan salah paham, foto-foto yang sangat teknis, seperti simetri, juga bisa terlihat sangat keren. Saya mengambil foto Gedung Royal Exhibition di Melbourne, yang menunjukkan simetri bangunan tersebut.
Perlengkapan fotografi yang kita gunakan cukup penting untuk menunjukkan potensi penuh kita, tetapi tidak selalu tentang seberapa mahal perlengkapannya. Lensa tajam, sensor besar, atau dynamic range lebar bikin hasil foto lebih fleksibel untuk diedit. Tapi menurutku, alat terbaik tetap yang kita punya saat ini. Banyak foto favoritku justru diambil pakai kamera sederhana. Kuncinya ada di cara kita mengunkan kamera dan memiliki perspektif yang baik, bukan seberapa mahal alatnya.
Kadang orang terlalu fokus cari setelan terbaik, padahal yang lebih penting adalah berani bereksperimen. Mainkan aperture untuk bikin latar belakang blur saat foto manusia, atau pakai kecepatan rendah biar ada efek fotografi eksposur lama. Selalu penting untuk menguji foto-foto kita dan bereksperimen dengan berbagai pengaturan kamera. Hal ini bisa menghasilkan foto-foto yang keren dan artistik, meskipun kita tidak memiliki peralatan terbaik. Seorang fotografer handal dengan kamera standar akan selalu mengungguli seseorang dengan peralatan termahal tetapi tanpa keahlian.
Fotografi mengajarkanku banyak hal tentang sabar, memperhatikan detail kecil, dan menikmati dunia apa adanya. Semakin sering aku memotret, semakin aku belajar untuk benar-benar melihat, bukan sekadar memandang. Aku mulai menyadari betapa banyak hal indah yang sering kita lewati begitu saja cahaya yang jatuh di dinding, bayangan pohon yang bergerak, atau ekspresi jujur seseorang di tengah keramaian.
Jadi kalau kamu tanya bagaimana cara mendapatkan foto yang bagus, jawabanku sederhana yaitu hadirlah sepenuhnya di momen itu. Rasakan suasananya, pahami orangnya, dan biarkan perasaanmu ikut berbicara lewat kamera. Jangan terlalu sibuk mengejar kesempurnaan teknis, karena foto terbaik bukan yang paling tajam atau paling terang, tapi yang paling jujur. Foto yang bisa membuatmu merasakan kembali momen itu udara, cahaya, dan emosi yang ada di sana. Itulah inti dari fotografi bagiku.

2 weeks ago
13






































