MANADO - Tindak kekerasan menggunakan senjata tajam jenis panah wayer kembali terjadi di Kota Manado. Kali ini seorang satpam di kantor Balai Bahasa Sulawesi Utara (Sulut) menjadi korban.
Peristiwa yang terjadi pada Selasa (21/10) kemarin itu, lantas mendapat sorotan dari anggota DPRD Kota Manado, Ferdinand Djeki Dumais.
Anggota DPRD dari partai Gerindra itu menilai kasus tersebut perlu menjadi perhatian khusus oleh Aparat Penegak Hukum (APH), seperti TNI dan Polri.
“Untuk penindakan harus tegas. Harus diproses sesuai mekanisme dan aturan dan harus meninggalkan efek jera agar tidak mengulangi lagi,” ungkap Dumais, Kamis (23/10).
Ia menilai peristiwa seperti penyerangan dengan panah wayer atau perkelahian antar kampung memang menjadi persoalan yang mengganggu kenyamanan.
Menurut dia, persoalan ini biasanya didasarkan oleh berbagai faktor kompleks dan saling berkaitan.
”Akar masalah banyak di antaranya karena masalah sosial dan ekonomi, juga faktor lingkungan. Oleh karena itu perlu peran semua pihak termasuk akademisi untuk mengkaji dalam membuat formula penyelesaian,” ujarnya.
Dumais mengatakan, selain perlu adanya penindakan yang memberikan efek jera, pemerintah juga harus melakukan pembinaan dengan cara yang lebih baik.
Pendekatan yang tepat akan sangat membantu dalam membentuk mental dan karakter anak muda di Manado agar lebih mencintai perdamaian.
“Semua pihak harus bersama-sama, tokoh agama hingga kepala lingkungan dan masyarakat wajib melakukan pembinaan kepada anak muda, baik melalui ibadah dan konseling,” kata Dumais.
“Kami selaku anggota dewan pasti akan terus mengawal terkait keamanan, kenyamanan, dan ketertiban di masyarakat,” ujarnya lagi.

1 month ago
17






































