Di tengah hamparan kebun di Muara Enim, Sumatera Selatan, terdapat kebun budidaya lebah madu yang dikelola oleh Bustam, seorang peternak binaan PT Medco E&P Indonesia. Meski tidak terlalu luas, kebun di Desa Aur Duri itu mampu menghasilkan madu yang menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar.
Bustam menjelaskan ukuran kotak madu menjadi salah satu faktor penentu hasil panen. Dalam satu kebun, kotak berukuran besar dapat menghasilkan madu hingga 5 kilogram, sementara kotak kecil hanya sekitar 2 kilogram. Karena itu, ia kini lebih banyak menggunakan kotak besar agar produktivitas meningkat.
Madu yang dihasilkan pun berasal dari Lebah Madu jenis Apis Cerana. Lebah ini bisa dibudidayakan secara tradisional maupun modern dalam kotak yang bisa dipindah-pindahkan.
“Harga per botol Rp 65.000. Dari dulu nggak ubah-ubah macam itulah (harganya). Kalau per kilonya itu kita (Rp) 130.000 per kilo,” kata Bustam kepada media di kebun budidaya lebah miliknya, Muara Enim, Sumatera Selatan (20/10).
Bustam menuturkan, madu di kebunnya dipanen setiap tiga minggu sekali selama musim kemarau, mulai dari bulan Juli hingga Oktober. Namun, pada musim hujan, panen harus dihentikan karena lebah mudah terganggu dan meninggalkan sarangnya.
“Karena kita (produksi) madu liar, madu liar ini dia mudah terganggu. Kalau musim hujan kita panen, yang (ada lebah) madunya ini pergi,” sebut Bustam.
Sejauh ini, kebun madu miliknya telah menghasilkan sekitar 1 kuintal 70 kilogram madu. Dalam kondisi normal, ia bisa memproduksi hingga satu ton madu per tahun. Namun, hasil tahun ini belum optimal karena beberapa waktu sebelumnya sejumlah kotak rusak akibat serangan beruang.
“Kalau mulai dari dulu, 1 tahun itu se-ton. Tapi karena kita anggota kita sudah bubar, (enggak) sanggup lagi karena (masalah) beruang. Anggota kita itu sampai 30-an lebih kemarin,” jelas Bustam.
Pendapatan dari hasil madu, kata Bustam, turut membantu perekonomian rumah tangga para anggota kelompok. Hasil penjualan madu biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, termasuk biaya pendidikan anak-anak.
“Dipanen kena madu, dapat duit. Bisa lah, bantu-bantu (kebutuhan keluarga),” tambahnya.
Dapat Bantuan Kotak-Pagar Seng dari Medco
Sebelum mendapat dukungan dari Medco, Bustam sempat kesulitan menjalankan usaha karena biaya pembuatan kotak sarang yang tinggi dan kerusakan akibat beruang. Namun, bantuan dari Medco berupa modal, kotak sarang, dan pagar seng membuatnya bisa kembali berproduksi dan mengembangkan kebun madu.
“Ya, namanya kita kan enggak punya modal. Waktu tadi, semenjak dibina oleh PT Medco, dari l mulai kotak seluruhnya ini modal dari Medco. Kami rusak dari beruang sekali panen per tahun itu satu ton, 30 lebih punya kotak (produksi madu) semua ancur gara-gara beruang. Saya minta dibantu oleh Medco,” tutur Bustam.

1 month ago
15






































