Tidak memiliki riwayat kanker dalam keluarga, bahkan pola makannya tergolong biasa saja. Namun, di usia 29 tahun, Hevi Ayu harus menerima kenyataan menjadi salah satu pengidap kanker payudara.
Benjolan yang awalnya dianggap ‘jinak’ berubah menjadi ‘ganas’, hingga Hevi masuk kanker payudara stadium 3A. Mendengar kabar ini, pengusaha kuliner Mak Empong itu menganggapnya sebagai sebuah ujian untuk belajar dan memperbaiki diri.
Seperti apa cerita perjuangan Hevi dalam melawan kanker payudara ini? Simak kisahnya dalam artikel berikut ini.
Pernah mengalami kista yang berubah menjadi kanker payudara
Hevi menikah di usia 21 tahun dan saat itu belum terpikir untuk langsung punya buah hati. Untuk menunda kehamilan, ia sempat mengonsumsi pil KB. Ketika tiba saatnya ia dan suami siap memiliki anak, ia diberi obat penyubur. Namun justru di saat itulah, kista di ovarium muncul. Hevi pun menjalani operasi laparoskopi.
Setelah sembuh, ia kembali mengonsumsi obat penyubur. Tapi kali ini, tubuhnya bereaksi berbeda. “Hormonku jadi enggak stabil. Dua tahun kemudian, 2021, muncul benjolan di payudara,” katanya.
Dokter sempat meyakinkannya bahwa benjolan itu aman karena usianya masih muda. “Waktu itu aku 27 tahun, dan katanya benjolan bisa digerakkan, jadi kemungkinan besar jinak. Disarankan biopsi, tapi karena masa pandemi, aku takut dan menunda,” ucapnya.
Setahun kemudian, benjolan itu membesar. Rasa pegal mulai menjalar ke bagian ketiak. “Setelah periksa ke dokter bedah lain, baru ketahuan. Ternyata ganas. Ukurannya sudah lima sentimeter dan keras,” tambahnya.
Hevi pun didiagnosis mengidap kanker payudara stadium 3A. Demi bertahan hidup, ia menjalani serangkaian pengobatan intensif yang menguji ketahanan fisik dan mentalnya.
Bukan kanker yang menyakitkan, tapi pengobatannya
Sejak vonis itu, Hevi menjalani pengobatan intensif selama satu setengah tahun. Namun yang paling ia ingat bukan rasa sakit dari kankernya, melainkan efek dari pengobatan itu sendiri.
“Efek kemoterapi luar biasa berat. Mual, nyeri, panas, sulit makan, badan pegal semua. Aku sering bilang, yang sakit bukan kankernya, tapi pengobatannya,” ucapnya.
Kondisi mentalnya juga sempat goyah. Di rumah sakit, ia menyaksikan teman-teman seperjuangannya satu per satu tak lagi hadir di ruang perawatan. “Itu berat sekali buatku. Tapi aku selalu bilang ke diri sendiri, aku ingin hidup,” ungkapnya.
“Aku yakin Tuhan kasih ujian ini bukan untuk menghukum, tapi untuk aku belajar. Jadi aku fokus berpikir positif dan menjalani semuanya dengan ikhlas,” ujar Hevi.

3 weeks ago
13






































