Biasanya, baju batik cuma dipakai ketika menghadiri acara formal saja. Anggapan ini membuat batik menjadi sandang yang terkesan kaku dan jauh dari kesan kasual. Melihat hal itu, Rizki Triana—pendiri Oemah Etnik yang kini telah rebranding menjadi OE—terpanggil untuk menghadirkan koleksi batik yang bisa dikenakan sehari-hari, tanpa kehilangan nilai budayanya.
Namun, perjalanan membangun OE tidak selalu mudah. Rizki, yang akrab disapa Kiki, sempat ragu karena latar belakang pendidikannya bukan dari dunia fashion. Meski begitu, berbekal ilmu komunikasi, ia justru melihat celah: bagaimana cara menyampaikan pesan penting tentang kain-kain Indonesia lewat medium yang lebih dekat dengan kehidupan banyak orang yakni lewat fashion.
Dari situ, lahirlah OE dengan ciri khas batik modern yang stylish dan versatile. Koleksi busananya cocok dikenakan saat kerja, hangout, hingga acara semi-formal. Desainnya pun terus mengikuti tren mode masa kini, sehingga perempuan muda bisa tetap tampil modis sambil mengenakan kain tradisional dengan bangga.
Misi mewariskan budaya melalui fashion inilah yang membuat kumparanWOMAN mengundang Kiki dalam program Role Model edisi Agustus 2025. Dalam perbincangan hangat ini, ia berbagi perjalanan membawa kain Indonesia ke ranah fashion modern.
Berawal dari Trip sampai Timbul Rasa Tanggung Jawab
Kiki bukan lah seseorang yang datang dari ranah fesyen. Namun, peluang ini mulai terbuka saat ia berkunjung ke pengrajin-pengrajin di Yogyakarta dan Solo.
Dari sebuah perjalanan yang cukup singkat ini, Kiki merasa jatuh cinta. Kebetulan saat itu batik baru saja diresmikan oleh UNESCO sebagai warisan Budaya Takbenda. Ia pun tergerak untuk membawa batik ke kota besar, khususnya untuk generasi muda.
Kiki menyadari bahwa setiap batik memiliki makna yang berbeda. Oleh karena itu, ia tak mau asal-asalan ketika membuat sebuah koleksi. Ada dua hal yang diperhatikan secara khusus. Pertama, mempertahankan teknik pembuatan yang sesuai pakem. Kedua, membuat filosofi yang relevan dengan para customer.
Hal ini ia lakukan agar koleksi OE bisa relevan dengan generasi muda. Sebab Kiki merasa memiliki tanggung jawab untuk bisa melestarikan batik dan kain Indonesia lainnya. Sehingga generasi muda bisa tetap memakai kain-kain tradisional dengan bangga.
Tak Menjalani Fast Fashion
Meski OE adalah sebuah bisnis retail, namun Rizki Triana mengaku tidak bermain di ranah fast fashion. Koleksi-koleksi OE tidak mengikuti tren fashion. Lalu, bagaimana caranya bisa relevan? OE membuat filosofi-filosofi yang menjawab keresahan para customer.
Untuk menghadirkan sebuah koleksi, Kiki mengatakan dirinya membutuhkan waktu 10 bulan. Waktu yang cukup panjang ini otomatis membuat OE tidak bisa mengikuti tren yang sedang berkembang. Namun alih-alih ikut tren, OE memang lebih berfokus pada memperkenalkan makna di balik setiap kain yang digunakan.

1 month ago
13






































