Derasnya arus barang impor ke dalam negeri berdampak terhadap kelangsungan pelaku usaha kecil atau UMKM.
Menteri UMKM Maman Abdurrahman menyoroti serbuan produk impor telah membuat banyak UMKM lokal, terutama di sektor ritel dan kerajinan, tertekan hingga gulung tikar.
“Bisa bayangkan derasnya barang impor masuk ini. Ini mengganggu sekali, dan tidak sedikit usaha mikro terkena dampaknya,” ujar Maman di kantornya, Rabu (22/10).
Maman mencontohkan kondisi di sentra perdagangan tas di Tajur, Kota Bogor, yang menjadi salah satu kawasan terdampak paling berat akibat maraknya produk impor murah. Dari sekitar 40 toko yang sebelumnya aktif, kini hanya tersisa tiga yang masih bertahan.
“Ini rata-rata terkena dampaknya. Sebagai salah satu contoh di Tajur. Di pasar Tajur itu salah satunya, salah satu problemnya itu karena barang impor masuk, akhirnya menghantam produk-produk lokal kita,” ucapnya.
Menurutnya, lemahnya inovasi dan transformasi di sektor UMKM membuat produk lokal sulit bersaing di tengah banjirnya produk asing. “Itu baru dari sisi sentra tas atau produk tas. Belum lagi produk-produk yang lain,” katanya.
Ia mengatakan, fokus utama pemerintah saat ini adalah memastikan sektor UMKM tetap hidup dan tumbuh di tengah tekanan tersebut.
“Artinya, penekanan saya, saya ini menteri UMKM sedang berpikir agar sektor UMKM hidup, tumbuh, dan pada akhirnya itu akan mendorong penyerapan tenaga kerja dan peningkatan atau mempengaruhi ekonomi dari UMKM,” ujar Maman.
Tim Penanganan Barang Impor
Sebagai bentuk respons atas persoalan itu, Maman menyampaikan apresiasi terhadap langkah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa melalui yang mulai memperketat pintu masuk barang impor.
“Makanya Alhamdulillah, saya berterima kasih sama Pak Purbaya [Menteri Keuangan]. Beliau menindaklanjuti dengan melakukan penindakan pada oknum-oknum di Bea Cukai. Dan mudah-mudahan ini bisa menjadi angin segar buat perusahaan mikro, kecil, dan menengah di Indonesia,” katanya.
Dia menilai langkah pengetatan di perbatasan merupakan langkah awal yang penting untuk melindungi produk lokal dari serbuan barang impor.
“Karena bordernya ditutup dulu tuh, dari situ. Karena pintu masuknya dari situ. Kalau itu nggak ditutup, sampai kapanpun akhirnya ini masuk terus gitu,” ucap dia.
Kementerian UMKM juga telah menjalin komunikasi dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk merumuskan langkah lanjutan dalam menangani masalah ini, termasuk bakal membentuk tim penanganan.
“Nah di sisi lain juga, kita sudah bicara juga sama Kementerian Perdagangan. Tapi mungkin secara informal kita sudah bicara. Respons dari Kemendag juga positif. Nanti kita mungkin akan membuat tim terkait isu-isu barang impor ini,” ungkap Maman.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa berencana mengajak Menteri Koperasi dan UKM Maman Abdurahman untuk membahas keberadaan oknum Bea Cukai yang dinilai menyulitkan pelaku usaha kecil.
“Jadi kalau Pak Maman ada masalah seperti itu, kasih tahu saya, jangan kasih tahu wartawan. Nanti saya beresin. Tolong kasih tahu beliau, ya,” kata Purbaya usai acara 1 Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran di JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis (16/10).
Saat ini, Purbaya menyebut pihaknya tengah memperbaiki kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC). Ia mengatakan sedang mendata oknum-oknum yang diduga 'bermain' di lapangan.

1 month ago
16






































