Selama puluhan tahun, emas menjadi cara hidup bagi banyak keluarga di Vietnam. Logam mulia itu bukan sekadar simbol kekayaan, tetapi jaminan keamanan di tengah masa krisis. Seperti pada masa perang, inflasi, hingga krisis ekonomi.
Kini, di tengah harga emas global yang melambung tinggi, keyakinan lama itu justru menjadi tantangan baru bagi pemerintah Vietnam.
Mengutip Bloomberg, dalam beberapa pekan terakhir, antrean panjang terlihat di depan toko-toko emas di Hanoi dan Ho Chi Minh City.
Salah satunya, Le Thi Minh Tam, 67 tahun, yang sudah berminggu-minggu mencari emas untuk mahar pernikahan anaknya. Namun stok di toko-toko cepat sekali habis.
“Saya khawatir, karena belum cukup. Sekarang mereka tidak jual emas batangan lagi, hanya cincin. Itu pun dibatasi untuk tiap pembeli,” ujar Tam sambil menghela napas panjang, mengutip Bloomberg, Minggu (9/11).
Lonjakan harga emas dunia, yang sempat mencapai USD 4.380 per ounce, memicu kembali demam emas di Vietnam. Menurut budaya negara itu, emas adalah simbol keberuntungan dan cara melindungi diri dari ketidakpastian ekonomi.
Namun, bagi pemerintah, situasi ini menjadi ujian dalam mengendalikan pasar logam mulia yang selama ini lebih banyak bergerak di luar sistem formal.
Kebiasaan menimbun emas sudah mengakar dalam sejarah panjang Vietnam. Saat perang dan inflasi melanda, emas menjadi penyelamat nilai kekayaan. Tradisi itu terus diwariskan lintas generasi.
“Saya melihat nenek saya menabung emas sedikit demi sedikit lalu menyimpannya di bawah tempat tidur,” kata Nguyen Kim Hue, pedagang makanan daring di Ho Chi Minh City.
Hue mulai membeli emas sejak pertengahan tahun ketika harganya masih 120 juta dong per tael. Kini harga sudah mencapai 147 juta dong. Meski begitu, ia tetap membeli sedikit demi sedikit.
“Saya merasa lebih aman pegang emas daripada menabung di bank,” ujarnya.
Kebiasaan seperti Hue mencerminkan sikap umum masyarakat Vietnam lebih percaya pada emas ketimbang lembaga keuangan. Inilah yang membuat pemerintah kesulitan menggerakkan tabungan masyarakat ke dalam sistem perbankan.
Pada 2012, pemerintah Vietnam sempat mencoba menertibkan pasar dengan memonopoli impor dan produksi emas. Bank Negara Vietnam menjadi satu-satunya importir, sementara izin produksi batangan hanya dimiliki oleh Saigon Jewelry Co.
Kebijakan itu dibuat untuk menekan spekulasi dan menjaga stabilitas mata uang. Namun hasilnya justru sebaliknya, pasokan terbatas membuat harga emas domestik jauh lebih mahal dibanding harga global, memunculkan pasar gelap dan menekan nilai dong Vietnam.
Kini, setelah 13 tahun, pemerintah mencabut monopoli itu untuk meliberalisasi pasar dan mempersempit selisih harga.

2 weeks ago
13






































