Sebanyak lima rumah warga di RT 08/RW 05, Kelurahan Makasar, Jakarta Timur, retak dan ambruk akibat pergeseran tanah di sekitar saluran air yang sudah berusia puluhan tahun.
Ketua RT 08/05 Makasar Zulkifli menjelaskan, kejadian bermula dari laporan warga pada Jumat (31/10) malam yang melihat adanya pergeseran pagar di dekat jalur saluran air lama.
Menyadari potensi bahaya, pengurus Rukun Tetangga (RT) segera melaporkan hal tersebut ke Rukun Warga (RW) dan pihak kelurahan.
"Awalnya malam Jumat ada laporan dari warga soal pergeseran pagar. Itu langsung kita laporkan ke kelurahan melalui RW juga," kata Zulkifli, dikutip dari Antara, Selasa (4/11).
Dari lima rumah yang terdampak, tiga di antaranya mengalami kerusakan cukup serius karena posisi bangunannya berada tepat di tepi saluran.
Sementara dua rumah lainnya mengalami retak-retak pada bagian dinding dan lantai. Meski demikian, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
Menindaklanjuti laporan tersebut, petugas kelurahan bersama unsur terkait turun ke lapangan untuk melakukan survei pada Sabtu (2/11).
Dari hasil pemeriksaan, disarankan agar warga melakukan pembongkaran pagar secara mandiri untuk mengurangi beban di atas tanah yang sudah mulai labil.
Namun, saat proses pembongkaran berlangsung, pergeseran tanah justru semakin meluas dan dinding pembatas ikut tertarik hingga menyebabkan longsoran kecil yang mengenai beberapa rumah di sekitarnya.
"Setelah pembongkaran pagar mandiri, di luar dugaan karena satu bidang tapi beda tembok, akhirnya ketarik, terjadinya kayak gini," ujar Zulkifli.
Menurut Zulkifli, penyebab utama pergerakan tanah ini berasal dari abrasi saluran air yang sudah berusia lebih dari 40 tahun.
Saluran yang dibangun sekitar tahun 1980-an tersebut dulunya berfungsi sebagai bak kendali air, namun seiring berjalannya waktu sebagian jalurnya tertutup oleh aspal jalan sehingga aliran air tidak dapat mengalir dengan sempurna.
"Saluran ini sudah tua, aktif dari sekitar 1980. Dulu sempat dinormalisasi waktu RT lama, tapi kurang paham kenapa sekarang malah tertutup aspal. Awalnya itu bak kontrol, sekarang sudah tidak kelihatan," katanya.
Zulkifli menyebutkan, pihaknya sebenarnya telah mengantisipasi potensi longsor sejak beberapa waktu lalu karena abrasi terjadi secara bertahap.
Warga telah diingatkan untuk berhati-hati dan mengurangi beban di atas saluran sebelum pekerjaan normalisasi dilakukan.
"Abrasinya itu bertahap, makanya kita sudah wanti-wanti warga. Pembongkaran pagar juga untuk mengurangi beban sebelum ada normalisasi," katanya.
Longsor pertama terjadi pada sore hari saat warga tengah melakukan pembongkaran pagar. Tidak ada hujan pada saat kejadian, namun sebagian tanah yang rapuh tak mampu menahan tekanan sehingga sebagian dinding pagar dan pondasi rumah amblas.

3 weeks ago
9






































