Pemerintah Afghanistan yang kini dikuasai Taliban berencana menghapus buku-buku karya penulis perempuan dari kurikulum perguruan tinggi. Langkah ini merupakan bagian dari dekret pendidikan yang juga melarang mata kuliah yang dianggap bertentangan dengan syariat Islam.
Dilansir Al-Jazeera, setidaknya ada 679 judul yang masuk daftar hitam karena dinilai menentang kebijakan Taliban dan anti-syariah. Buku-buku yang dilarang itu mencakup hukum tata negara, gerakan politik Islam, sistem politik, hak asasi manusia, kajian perempuan, dan pemikiran politik Barat. Daftar final buku terlarang akan diberikan ke universitas di kemudian hari.
Dekret yang ditandatangani Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Taliban, Ziaur Rahman Aryoubi itu telah dikirim ke universitas-universitas Afghanistan akhir bulan lalu. Dalam suratnya, Aryoubi menyatakan keputusan itu dibuat oleh panel ulama dan pakar dan meminta agar buku-buku tersebut diganti dengan materi yang tidak bertentangan dengan Islam.
Zakia Adeli, mantan Wakil Menteri Kehakiman sebelum Taliban kembali berkuasa, menjadi salah satu penulis yang bukunya ikut dilarang. Ia menulis Political Terminology and International Relations.
“Melihat apa yang Taliban lakukan dalam empat tahun terakhir, saya tidak terkejut mereka akan mengubah kurikulum,” ujarnya. “Dengan pola pikir dan kebijakan mereka yang misoginis, tentu saja perempuan tidak boleh belajar, pandangan dan tulisan mereka juga ditekan."
Semenjak Taliban kembali berkuasa di Afghanistan empat tahun lalu, diskriminasi gender dan pengabaian hak-hak perempuan memburuk. Taliban memberlakukan batasan mengenyam pendidikan bagi perempuan tidak lebih dari kelas 6 setara sekolah dasar.
Larangan pendidikan bagi perempuan dan anak perempuan di Afghanistan diperkirakan akan memperburuk statistik praktik pernikahan anak, kehamilan usia dini, sampai kematian ibu. Menurut artikel yang dirilis UN Women pada 2025, per 2026 angka pernikahan anak diproyeksikan naik 25%, kehamilan remaja meningkat 45%, sementara kematian ibu berpotensi melonjak lebih dari 50%.
Dalam laporan Gender Index 2024: Afghanistan, UN Women mencatat angka kelahiran pada remaja mencapai 62 per 1.000 perempuan berusia 15–19 tahun, jauh di atas rata-rata global.
Mengutip UN Women, angka tersebut berkaitan erat dengan pernikahan dini dan kehamilan muda, yang memaksa anak perempuan Afghanistan harus menjalani peran dewasa sebelum waktunya dan membatasi peluang pemberdayaan mereka.
Larangan pelatihan medis bagi perempuan yang diberlakukan pada Desember 2024 juga diperkirakan berdampak fatal. Masyarakat Afghanistan yang menerapkan sistem segregasi gender ketat, menyulitkan kemungkinan perempuan bisa bertemu dengan dokter laki-laki. Tanpa pelatihan, tidak akan ada lagi bidan atau perawat perempuan baru yang bisa melayani kebutuhan kesehatan perempuan Afghanistan dengan layak.
Selain buku karya perempuan, sebanyak lebih dari 300 buku yang diterbitkan oleh penulis Iran atau penerbit Iran pun tidak lepas dari target Taliban. Sejauh ini, total ada sedikitnya 679 buku yang dilarang. Dilansir Al Jazeera, daftar akhir buku-buku yang dilarang akan diterbitkan ke perguruan tinggi pada tanggal yang akan ditentukan.