Sydney (ANTARA) - Meningkatnya infeksi resisten antibiotik pada bayi baru lahir muncul sebagai salah satu ancaman kesehatan global yang semakin mengkhawatirkan, demikian diperingatkan sebuah studi.
Para peneliti menyerukan perlunya perombakan mendesak terhadap pedoman diagnostik dan pengobatan untuk infeksi pada bayi baru lahir, setelah sebuah studi yang dipimpin oleh Universitas Sydney (University of Sydney/USYD) mengungkap bahwa pengobatan garis depan untuk sepsis tidak lagi efektif dalam mengobati sebagian besar infeksi bakteri, menurut pernyataan USYD pada Senin (29/9).
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal The Lancet Regional Health -- Western Pacific ini menganalisis hampir 15.000 sampel darah yang dikumpulkan dari bayi yang sakit pada 2019 dan 2020 di 10 rumah sakit di lima negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Filipina, Sri Lanka, Vietnam, dan Malaysia.
Sejumlah temuan menunjukkan bahwa sebagian besar infeksi disebabkan oleh bakteri yang kemungkinan besar tidak akan merespons pengobatan yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini, yang dikembangkan menggunakan data dari negara-negara berpenghasilan tinggi, alih-alih data regional yang dilokalisasi.
"Pedoman harus diperbarui agar mencerminkan profil bakteri lokal dan pola resistensi yang sudah diketahui. Jika tidak, angka kematian akan terus meningkat," ungkap penulis senior studi tersebut Phoebe Williams, associate professor dari Fakultas Kesehatan Masyarakat USYD.
Para peneliti juga menyoroti lambatnya pengembangan obat antibiotik baru untuk bayi dan anak-anak, serta mendesak investasi substansial di bidang ini.
Meski studi tersebut mengecualikan kasus-kasus di Australia, para peneliti menekankan bahwa kewaspadaan Australia sangat penting mengingat kedekatan hubungannya dengan Asia Tenggara dan Pasifik Barat, tempat resistensi antimikroba meningkat pesat.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.