Singapura (ANTARA) - Singapura pada Selasa (4/11) mengumumkan target produksi pangan baru untuk memproduksi secara lokal 20 persen serat dan 30 persen konsumsi proteinnya per 2035, sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan yang diperbarui di negara kota itu, "Singapore Food Story 2".
Berbicara dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Inovasi Pertanian Pangan Asia-Pasifik, Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Hidup Singapura Grace Fu mengatakan bahwa target baru ini menggantikan target "30-by-30", yang ditetapkan pada 2019 untuk memproduksi 30 persen kebutuhan gizi Singapura per 2030.
Dalam kerangka kerja yang direvisi tersebut, "serat" merujuk pada sayuran berdaun segar dan berbuah, kecambah kacang, dan jamur, sementara "protein" mencakup telur dan boga bahari (seafood).
Fu menyebutkan bahwa sejak 2019, Singapura telah membuat kemajuan dalam diversifikasi impor, perluasan cadangan, dan penguatan fondasi sektor pertanian pangan.
Namun, dia menyoroti bahwa berbagai peristiwa global baru-baru ini mengungkap kerentanan dalam rantai pasokan pangan internasional, seraya menyebutkan berbagai gangguan pasokan yang disebabkan oleh penutupan perbatasan yang berkaitan dengan pandemi, larangan ekspor, dan wabah penyakit hewan.
Menurut Fu, Singapore Food Story 2 akan didasarkan pada empat pilar utama, yaitu mengembangkan produksi lokal, mendiversifikasi sumber impor, meningkatkan strategi penyimpanan cadangan, dan memperkuat kemitraan internasional untuk menjamin ketahanan pangan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

2 weeks ago
21






































