Indonesia saat ini menguasai 39,53 persen pasar industri alat berat di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN. Perkumpulan Tenaga Ahli Alat Berat Indonesia (PERTAABI) menyebut, permintaan alat berat di Indonesia meningkat ditopang oleh pembangunan infrastruktur, energi, listrik, urbanisasi, serta ekspansi industri pertambangan.
Tren tersebut juga diproyeksi akan terus berlanjut. Ukuran pasar (market size) alat berat Indonesia diperkirakan mencapai 25.430 unit pada 2030, menjadi salah satu pasar paling atraktif di Asia.
Dalam T50 Summit Asian Forum, kondisi global yang melemah justru memberi peluang bagi Indonesia. Produsen dan distributor alat berat global semakin agresif mengincar pasar domestik, baik untuk penjualan unit baru maupun jasa purna jual dan penyewaan.
Fenomena ini terjadi di tengah pelemahan pasar global. Data T50 Summit menunjukkan, total pendapatan 50 produsen mesin tambang terbesar dunia hanya mencapai USD 76,655 juta pada 2024, turun 4 persen dibanding tahun sebelumnya. Meski demikian, pemain besar seperti Caterpillar, Komatsu, hingga Sandvik tetap mendominasi dengan kontribusi 72 persen dari total pendapatan global.
Forum T50 tahun ini juga menandai tren baru di industri alat berat: keberlanjutan dan efisiensi energi. Beberapa produk terpilih sebagai Asia Product of the Year 2025, termasuk LGMG RTH 100 Hybrid Mining Truck, yang dinilai mampu menjawab tuntutan dekarbonisasi sektor pertambangan. Produk hybrid dan ramah lingkungan diperkirakan akan semakin relevan untuk pasar Indonesia, mengingat pemerintah menargetkan net zero emission pada 2060.
“Pasar Indonesia bukan hanya besar, tapi juga sedang bergerak menuju arah yang lebih modern, efisien, dan hijau. Ini tantangan sekaligus peluang bagi industri alat berat,” ujar Sekretaris Jenderal T50 Asian Forum, Jack Zhang, dalam keterangannya, Rabu (24/9).
Keseriusan Indonesia di industri alat berat semakin ditegaskan dengan dipilihnya Jakarta sebagai tuan rumah T50 Summit Asian Forum 2025 dan 2026. Tahun depan, forum ini akan menampilkan peringkat 10 perusahaan angkat berat terbesar Indonesia dan Asia Tenggara, sekaligus memberikan penghargaan Asia Product of the Year 2026.
Langkah ini memperkuat posisi Indonesia bukan hanya sebagai pasar, tetapi juga sebagai pusat pertumbuhan industri alat berat di kawasan. Dengan adanya proyek tambang dan infrastruktur berskala besar di Indonesia, serta dorongan menuju industrialisasi hijau, pasar alat berat diperkirakan tetap menjadi magnet bagi pemain global dalam satu dekade ke depan.