Bangunan tiga lantai di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, ambruk saat para santri melaksanakan salat Ashar pada Senin (29/9) sekitar pukul 15.00 WIB.
Kasubdit RPDO (Pengarahan dan Pengendalian Operasi) Bencana dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM) Basarnas, Emi Freezer, mengatakan bangunan itu ambruk karena kegagalan konstruksi.
"Jatuhnya adalah kegagalan konstruksi kemudian berubah menjadi tumpukan atau istilah internasional itu pancake model," ujar Emi di posko asrama putri Ponpes Al-Khoziny, Rabu (1/10).
"Nah, dari pancake model ini kalau kita lihat gravity of center-nya itu ada di posisi seperti dia posisi ke arah kiri. Kalau kita lihat dari sisi sebelah kanan ya," tambahnya.
Menurut Emi, posisi trap bangunan di bagian bawah memiliki perbedaan ketinggian atau level di bagian dasar.
"Sehingga pada saat posisi gravity of center yang ada di posisi tengah ini menutup akses, maka akses di sebelah tertutup sama sekali karena sudah sama-sama flat dengan lantai dasar," ucapnya.
Untuk bisa mengakses ruangan lain, petugas hanya bisa menggunakan interaksi suara atau verbal kepada korban yang masih terjebak di reruntuhan.
"Kemudian dengan menggunakan flexible search cam yang kami bisa masukkan ke celah terkecil yang ada di himpitan main column atau kolom-kolom tiang utama yang ada di main of center-nya," lanjut Emi.
Ia menambahkan, konstruksi pada kolom utama tengah bangunan hampir berbentuk U-shape.
"Artinya kalau kita melihat konstruksi dari sebuah bangunan secara standar, standarnya adalah apabila dia mengalami kegagalan konstruksi harusnya dia patah. Bukan melengkung, atau artinya kalau kita melihat ini adalah elastisitasnya sangat tinggi," katanya.
"Artinya kalau kita bicara melihat dari bukti nyata saat ini, maka kemampuan nanti untuk menahan beban secara keseluruhan ini tidak sesuai dengan beban yang ada di sana. Akibatnya adalah maka tercipta void ruang celah-celah sempit yang ada di dalam yang kesulitan untuk kita bisa akses," imbuhnya.