Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman menemukan cemaran bakteri pada sampel makanan dan peralatan makan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam kasus keracunan pangan di Kapanewon Mlati dan Berbah, Sleman, pada Agustus silam.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati, mengatakan uji laboratorium mendeteksi adanya bakteri pada makanan maupun ompreng MBG.
“Ada cemaran bakteri E.coli pada air, beberapa makanan juga pada alat makan (ompreng) untuk yang di Mlati. Dan ada juga staphylococcus,” kata Yuli, Kamis (2/10).
Menurutnya, uji laboratorium dilakukan dengan metode swab pada ompreng makanan di Mlati, yang hasilnya positif mengandung E.coli. “Kami melakukan uji lab dengan swab pada omprengnya dan ternyata ada cemaran bakteri e-coli,” ujarnya.
Pada kasus keracunan di Berbah, hasil uji laboratorium juga menunjukkan adanya bakteri pada makanan MBG. “Yang di Berbah juga hampir sama dengan yang Mlati, adanya cemaran bakteri e-coli di sampel makanan. Untuk yang Berbah tidak dilakukan swab ompreng,” jelasnya.
Meski ditemukan cemaran bakteri, Yuli menegaskan sumber pasti penyebab keracunan belum dapat dipastikan. E.coli sendiri biasanya berasal dari air mentah yang tercemar.
Dinkes Sleman mengimbau penguatan keamanan pangan di setiap Sistem Penyediaan Pangan (SPPG). Upaya yang disiapkan meliputi sosialisasi dan pelatihan keamanan pangan, penerapan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) sebelum beroperasi, pemeriksaan kualitas air secara berkala, penambahan tenaga sanitarian di setiap SPPG, serta pencatatan perjalanan makanan sejak bahan mentah hingga sisa makanan.
“Akan lebih baik lagi jika sudah ada SLHS bagi SPPG sebelum beroperasi. Perlu ditambahkan nakes Sanitarian pada setiap SPPG,” katanya.
Dinkes juga melakukan langkah pencegahan di sekolah terdampak dengan memberikan pemahaman tentang Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Guru diharapkan ikut memastikan kelayakan makanan sebelum diberikan kepada siswa, termasuk dengan mencium, mencicip sedikit, atau mengecek teksturnya.
“Apabila makanan tidak layak untuk diberikan ke siswa jangan diberikan dan laporkan ke SPPG,” kata Yuli.
Pada kasus keracunan MBG di Mlati, sebanyak 212 pelajar dari empat SMP menjadi korban. Dari jumlah tersebut, 19 pelajar sempat menjalani rawat inap di RSUD Sleman dan satu pelajar di RSA UGM. Kasus ini terjadi pada pertengahan Agustus 2025.
Sementara di Berbah, ada 135 pelajar SMP dan dua guru yang menjadi korban. Dari jumlah tersebut, tiga orang sempat menjalani rawat jalan. Kasus ini terjadi pada akhir Agustus 2025.