Istanbul (ANTARA) - Pejabat senior Hamas, Mousa Abu Marzouk, mengatakan pada Jumat (3/10) bahwa pihaknya menyetujui secara prinsip rencana gencatan senjata di Jalur Gaza yang diajukan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Ia menegaskan Hamas mendukung garis besar rencana itu, namun pelaksanaannya masih perlu dibahas lebih lanjut.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Abu Marzouk menyatakan Hamas siap menyerahkan senjata kepada negara Palestina di masa depan, dan menekankan bahwa masa depan rakyat Palestina adalah urusan nasional, bukan keputusan sepihak Hamas.
Pada 29 September, Gedung Putih merilis rencana rinci yang mencakup gencatan senjata segera di Gaza, rekonstruksi besar-besaran, dan reorganisasi politik serta keamanan di wilayah tersebut.
Baca juga: Israel hentikan operasi di Gaza, Hamas siap serahkan kendali
Rencana itu bertujuan menjadikan Gaza zona bebas senjata di bawah pemerintahan transisi, diawasi langsung oleh badan internasional yang dibentuk atas inisiatif Trump.
Isi rencana juga mencakup pembebasan semua sandera Israel dalam 72 jam setelah persetujuan, sebagai imbalan atas pembebasan ratusan tahanan Palestina dari penjara Israel.
Dokumen menetapkan penghentian permusuhan, perlucutan senjata kelompok perlawanan, dan penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza. Pemerintahan sementara akan dijalankan teknokrat di bawah pengawasan internasional.
Namun, rencana ini dianggap timpang karena kewajiban untuk Hamas bersifat jelas dan ketat, sedangkan Israel tidak terikat secara formal.
Tidak ada tenggat waktu khusus terkait penarikan pasukan Israel maupun pengiriman bantuan kemanusiaan dalam rencana tersebut.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Jalur Gaza: Militer Israel bunuh 51 warga Palestina dalam sehari
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.