Jakarta (ANTARA) - Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menekankan pentingnya mendorong terbentuknya komunitas ASEAN yang berpusat pada masyarakat.
Menurut Dino, di Jakarta, Selasa (30/9), inisiatif tersebut tidak akan terwujud dengan sendirinya, melainkan harus dirancang, dipromosikan, dan diberi insentif agar benar-benar berjalan.
Upaya tersebut, kata Dino menambahkan, akan diwujudkan melalui penyelenggaraan ASEAN for the People’s Conference (AFPC) pada 4–5 Oktober 2025 di Hotel Sultan Jakarta.
Forum itu akan menghadirkan ratusan lembaga swadaya masyarakat dari seluruh negara anggota ASEAN, dengan fokus menempatkan agenda rakyat sebagai pembahasan utama.
Dino menilai pertemuan antar-masyarakat di ASEAN selama ini cenderung membahas isu-isu spesifik tanpa mengarah langsung pada pembentukan komunitas ASEAN.
Oleh karena itu, AFPC hadir untuk menjembatani kebutuhan tersebut dengan mengangkat isu yang dekat dengan kehidupan warga, seperti pendidikan, lapangan kerja, kesehatan, toleransi beragama dan sejumlah masalah lainnya.
Dino menyebut setidaknya ada 20 isu relevan yang diidentifikasi sebagai prioritas bagi masyarakat ASEAN.
“Ada sekitar 20 isu yang kami identifikasi relevan bagi masyarakat ASEAN. Beberapa isu penting bagi pemerintah, isu-isu lainnya lebih penting bagi masyarakat," katanya.
Menurut Dino, sejumlah isu mungkin penting bagi pemerintah, tetapi sebagian besar justru lebih mendesak bagi masyarakat. Dengan demikian, AFPC dirancang untuk memastikan suara rakyat menjadi bagian dari agenda besar ASEAN.
Mantan duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat (AS) itu menekankan bahwa inisiatif dari bawah ke atas menjadi kunci dalam membangun komunitas ASEAN.
Menurutnya, kekuatan komunitas tidak hanya ditentukan oleh pemerintah, tetapi juga oleh ketangguhan akar rumput. Sebuah komunitas, lanjutnya, tidak bisa disebut tangguh tanpa masyarakat yang kuat.
“Berbicara tentang ketahanan, komunitas itu tidak bisa disebut tangguh kecuali akar rumputnya juga tangguh. Dan ketika kita berbicara tentang perdamaian, yang kita bicarakan bukan perdamaian antar-pemerintah; perdamaian dalam persepsi rakyat juga harus ada untuk melengkapi perdamaian di tingkat atas,” jelas Dino.
AFPC akan mengusung tema “Memanfaatkan Sumber Daya Terbesar Asia Tenggara (Harnessing Southeast Asia’s Greatest Resource)” dan dihadiri berbagai kalangan, mulai dari pemerintah, diplomat, akademisi, pemimpin bisnis, hingga organisasi masyarakat sipil.
Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn dan Menteri Luar Negeri Thailand Sihasak Phuangketkeow telah mengonfirmasi kehadiran dalam kegiatan itu.
FPCI juga mengundang Menteri Luar Negeri RI Sugiono untuk hadir dalam kegiatan AFPC tersebut..
Sejumlah tokoh nasional dijadwalkan hadir, antara lain Anies Baswedan, Marty Natalegawa, Jimly Asshiddiqie, Yenny Wahid, dan Pandji Pragiwaksono.
Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) adalah sebuah organisasi regional yang bertujuan untuk mendorong kerja sama ekonomi, politik-keamanan, dan sosial-budaya antarnegara di kawasan Asia Tenggara.
ASEAN dibentuk pada 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok oleh lima negara pendiri yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.
Saat ini, ASEAN beranggotakan 10 negara, namun pada KTT ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur, 26-28 Oktober mendatang, ASEAN secara resmi akan menerima Timor Leste sebagai anggota ke-11 perhimpunan regional tersebut.
Baca juga: FPCI satukan masyarakat sipil, perkuat visi people-centered ASEAN
Baca juga: FPCI nilai perbedaan sistem politik hambat partisipasi sipil ASEAN
Pewarta: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.