Dari Pandora ke Dunia Nyata: Struktur Global dan Ketidakadilan Iklim

1 week ago 11
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Film Avatar (2009) yang disutradarai James Cameron, berisi kisah yang berisi konflik sosial, politik, dan bersinggungan dengan ekologis. Narasi yang dihadirkan berupa logika kolonialisasi manusia yang dilakukan kepada masyarakat adat Na’vi yang hidup berdampingan dengan alam. Kalau kita masukkan referensi dari buku Political Ecology, film ini bukan cuma hiburan, akan tetapi menjadi penekanan bahwa kekuasaan, keadilan, dan lingkungan saling berkaitan dengan konflik sumber daya. Cerita yang dihadirkan pada film Avatar itu juga terjadi pada dunia nyata khususnya pada masyarakat adat yang ada di dunia. Di film, manusia berusaha menambang unobtainium dengan menggusur tanah yang dimiliki Na’vi, dan hal tersebut jadi gambaran gimana kapitalisme ekstraktif merampas tanah, merusak lingkungan, dan mengabaikan hak komunitas lokal. Sama seperti yang dinyatakan pada political ecology yaitu “power, justice and environmental sustainability” menjadi isu utama, Na’vi digambarkan sebagai penjaga keseimbangan ekologis Pandora, sedangkan manusia mewakili logika ekspansi kapitalistik.

Ini bisa dijadikan gambaran tentang negara-negara Global South mengalami ketimpangan untuk memperbaiki lingkungan dan masih ketergantungan bantuan bahkan narasi dari Global North. Kalau dia analogikan di film Avatar maka menjadi, Na’vi (Global South) tidak bisa melawan kalau tidak dibantu orang kulit putih (Global North) tersebut. Krisis iklim memperlihatkan realita ketimpangan, dimana negara-megara Global South menjadi pihak paling rentan seperti terancam naiknya permukaan air laut, bencana akibat perubahan iklim, dan kerusakan ekosistem lingkunga. Dengan kata lain, struktur dunia yang ada sekarang menempatkan Global North sebagai penghasil masalah, sementara Global South menanggung beban atas dampak-dampaknya.

Hal tersebut dapat dijelaskan melalui teori strukturalisme yang melihat bahwa negara-negara industri maju (core) menguasai teknologi, modal, sampai pengampilan keputusan. Dan negara pinggiran (periphery) yang menjadi penyedia bahan mentah, tenaga kerja murah, sekaligus menanggung dampak lingkungan dari industrialisasi. Tata kelola iklim global hingga mekanisme seperti perdagangan karbon banyak yang dikuasai kepentingan negara maju. Negara-negara Global North sering tampil jadi pemimpin diplomasi iklim. Solusi seperti carbon trading atau investasi transisi energi tetap ujung-ujungnya menguntungkan perusahaan multinasional dari Global North. Dan dari perspektif strukturalis, solusi tersebut tidak menyelesaikan akar masalah dan justru melanggengkan ketergantungan dengan Global South terlebih dengan modal, teknologi, dan narasi.

Dalam kerangka strukturalis maka penyelesaian yang ditawarkan adalah Global North harus menanggung tanggung jawab historis melalui kompensasi dan bukan pinjaman/investasi bersyarat sehingga tidak menciptakan ketergantungan. Lalu memberikan ruang pada masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan karena merekalah yang menerima dampak akibat ekploitasi tersebut. Dan memulai kolaborasi antarnegara Global South untuk teknologi hijau dan transisi energi sehingga juga turut berkontribusi dalam SDGs 17.

Strukturalisme mengingatkan kita bahwa solusi iklim sejati harus membongkar ketergantungan, mengembalikan kedaulatan ekologis pada Global South, dan menempatkan keadilan sebagai fondasi. Tanpa itu, dunia hanya akan mengulang pola Pandora: krisis ekologis yang diciptakan pusat, sementara pinggiran terus menjadi korban.

Read Entire Article