Asian Development Bank (ADB) memperkirakan ekonomi negara-negara berkembang di Asia, termasuk Indonesia, akan tumbuh sebesar 4,7 persen pada 2025. Proyeksi ini turun 0,2 poin persentase dari proyeksi yang dikeluarkan pada bulan April.
Menanggapi hal tersebut, Luhut menyatakan itu merupakan hal wajar karena kondisi global memang tengah banyak mengalami perubahan. Ia juga mengingatkan masih banyak program pemerintah yang hasilnya belum kelihatan.
“Menurut saya, ini semua kan buah daripada (program) Makan Bergizi ini kan belum kelihatan. Tapi akan segera kelihatan. Dan dana yang diberikan oleh Pak Menteri Keuangan itu kan juga belum semua mengalir,” kata Luhut dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (3/10).
Luhut menilai hal ini justru menjadi kesempatan emas bagi investasi di Indonesia, khususnya pada sektor-sektor yang bersifat terbatas seperti listrik dan pangan bergizi.
“Uang di bank kan banyak (Rp 200 juta dari Menkeu Purbaya). Jadi peminjaman dari perbankan akan jadi mudah. Tentu tanpa menghilangkan masalah hati-hatian,” tambahnya.
Sementara itu, terkait proyeksi ekonomi dari DEN sendiri, Luhut mengatakan pihaknya belum mengeluarkannya, tetapi proyeksi akan segera dilakukan.
Adapun ADB menurunkan proyeksi ekonomi menjadi 4,7 persen didorong oleh ekspektasi penurunan ekspor di tengah tarif Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dan ketidakpastian perdagangan global, serta melemahnya permintaan domestik.
Lembaga itu memperkirakan inflasi regional sebesar 2,0 persen tahun ini dan 2,1 persen tahun depan, dibandingkan dengan proyeksi bulan April masing-masing sebesar 2,3 persen dan 2,2 persen.