Jakarta (ANTARA) - Orang yang tidak meminum cukup air ternyata memiliki respons hormon stres yang lebih besar, menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan baru-baru ini.
Penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Liverpool John Moore University (LJMU) menemukan bahwa mereka yang minum kurang dari jumlah cairan yang disarankan per hari melepaskan kortisol yang merupakan hormon stres dalam jumlah lebih besar.
Sebagaimana dilansir The Star pada hari ini, respons pelepasan hormon stres lebih besar itu berlaku meskipun orang yang kurang minum tersebut tidak merasakan kehausan yang lebih besar dibandingkan orang yang meminum lebih banyak air.
Secara lebih rinci, penelitian yang dipublikasikan di Science Daily itu menyebut orang yang mengonsumsi kurang dari 1,5 liter cairan per hari diketahui memiliki kadar kortisol 50 persen lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi cairan mengikuti anjuran konsumsi air.
"Kortisol adalah hormon stres utama dalam tubuh, dan reaksi kortisol yang berlebihan terhadap stres dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, dan depresi," tulis ahli fisiologi dari LJMU Profesor Neil Walsh, yang memimpin jalannya penelitian tersebut.
Baca juga: Membatasi informasi soal demo bantu keluarga terhindar dari rasa stres
Sebagai bagian analisis, para peneliti membagi anak muda menjadi dua kelompok, yakni 16 orang dengan asupan cairan rendah (kurang dari 1,5 liter per hari) dan 16 orang dengan asupan cairan cukup sebagaimana anjuran konsumsi air harian (2 liter untuk perempuan dan 2,5 liter untuk laki-laki).
Kedua kelompok tersebut lantas dibandingkan berdasarkan faktor-faktor kunci yang mempengaruhi respons stres, seperti karakteristik psikologis dan kualitas tidur.
Para peneliti kemudian memantau tingkat hidrasi kedua kelompok itu selama tujuh hari menggunakan sampel urine dan darah, setelah itu mereka diundang ke laboratorium untuk melakukan uji stres.
Uji stres itu dilakukan melalui The Trier Social Stress Test (TSST), yang kerap digunakan untuk mensimulasikan stres sosial melalui wawancara kerja palsu dan menyelesaikan soal aritmatika, di mana setiap individu diberi waktu 10 menit untuk mempersiapkan diri.
Dari sampel air liur yang dikumpulkan sebelum dan sesudah uji stres, tim peneliti menemukan kadar kortisol lebih tinggi pada mereka yang meminum air lebih sedikit.
Baca juga: Mengenal "functional freeze", kondisi beku seseorang yang alami stres
Meskipun, respons stres seperti peningkatan detak jantung, tangan berkeringat, dan mulut kering dialami serupa oleh kelompok, baik yang kurang maupun cukup minum air.
“Kedua kelompok merasakan kecemasan yang sama dan mengalami peningkatan detak jantung yang sama selama tes stres, namun orang-orang yang kurang terhidrasi karena tidak minum cukup air setiap hari, memiliki respons kortisol yang jauh lebih besar," katanya.
Meskipun penelitian lebih lanjut masih diperlukan, hasilnya menegaskan bahwa anjuran konsumsi harian air saat ini, yakni sekitar 2 liter per hari untuk wanita dan 2,5 liter untuk pria memiliki relevansi.
"Asupan cairan yang cukup dapat membantu tubuh anda mengatasi stres dengan lebih efektif. Misalnya, jika anda tahu memiliki jadwal padat, tenggat waktu semakin dekat, atau akan berpidato; menyimpan sebotol air dapat menjadi kebiasaan sehat yang bermanfaat bagi kesehatan anda dalam jangka panjang," ujar anggota tim peneliti yang juga ahli fisiologi dari LJMU Dr. Daniel Kashi.
Baca juga: Kurang tidur dan stres bisa memicu kenaikan berat badan
Baca juga: Stres hingga kurang tidur pengaruhi kualitas sperma
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.