Dampak psikologis dan alasan di balik fenomena “lavender marriage”

3 days ago 15
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Jakarta (ANTARA) - Pernikahan biasanya diidentikkan dengan kebahagiaan karena cinta. Namun, bagi sebagian orang tidak semua pernikahan lahir dari cinta. Salah satunya bisa disebabkan karena adanya tekanan sosial atas orientasi seksualnya, sehingga pernikahan dijadikan “jalan aman” untuk menutupi jati dirinya. Fenomena ini dikenal dengan istilah lavender marriage.

Istilah lavender marriage merujuk pada sebuah pernikahan antara laki-laki dan perempuan yang dijalani bukan atas dasar cinta, melainkan sebagai upaya untuk menutupi orientasi seksual yang sebenarnya.

Fenomena ini biasanya terjadi ketika salah satu atau kedua pasangan menghadapi tekanan sosial, budaya, agama, maupun ekspektasi keluarga terkait tidak diterimanya orientasi seksual yang mereka miliki, yakni non-heteroseksual (penyuka sesama jenis), seperti homoseksual.

Namun di sisi lain, lavender marriage nyatanya memiliki dampak negatif terhadap kondisi psikologis individu yang menjalaninya. Berikut ulasannya, melansir dari berbagai sumber.

Baca juga: Kemenag perluas fasilitasi nikah massal untuk WNI di luar negeri

Dampak psikologis lavender marriage

Walaupun lavender marriage ini dianggap sebagai jalan untuk memberikan rasa aman dari berbagai tekanan dalam jangka pendek, tanpa disadari ada dampak jangka panjang yang buruk bagi kesehatan mental pasangan ini.

1. Kecemasan, stres, dan depresi

Menyembunyikan jati diri secara terus-menerus akan menyebabkan perasaan yang terisolasi, kesepian, kesedihan, hingga putus asa. Sehingga, bisa menyebabkan terjadinya stres kronis, kecemasan, hingga depresi.

2. Rendahnya harga diri dan hilangnya identitas

Terpaksa menyembunyikan jari diri sebenarnya untuk memenuhi ekspektasi sosial, dapat menyebabkan terjadinya konflik identitas atau hilangnya jati diri dan rendahnya harga diri. Individu akan merasa tidak yakin untuk menerima diri sendiri dan perasaan hidup dalam kebohongan.

3. Masalah dalam hubungan dan keintiman

Hubungan yang didasari tanpa cinta akan membuat kurangnya keintiman dan emosional antar pasangan. Maka dari itu, mereka bisa mengalami kekosongan emosional, serta merasa frustasi dan benci terhadap pasangan. Pernikahan ini pun akhirnya hanya menyebabkan konflik dan tidak bahagia.

Baca juga: 7 tips rayakan aniversary pernikahan yang sederhana namun berkesan

4. Sering menyakiti diri sendiri

Seseorang yang mengalami tekanan ini, akhirnya akan mengalihkan rasa sakitnya kepada hal-hal negatif, seperti banyak minum alkohol, menggunakan narkoba, ataupun hal negatif lainnya yang membantu mereka meredam emosi.

5. Trauma dan mengalami gejala mirip PTSD

Perasaan tertekan melakukan lavender marriage juga bisa menyebabkan individu merasa trauma. Dalam jangka panjang, hal ini bisa menyebabkan gejala yang mirip dengan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), seperti disosiasi yang merupakan perasaan terpisah dari diri sendiri ataupun lingkungan sekitar, waspada yang berlebih, ataupun mati rasa emosional.

Baca juga: Lima syarat hak istri untuk mendapatkan nafkah dari suami

Alasan terjadinya lavender marriage

Sebelum akhirnya pasangan non-heteroseksual melakukan lavender marriage, ada beberapa faktor yang mendorong individu memilih pernikahan jenis ini, antara lain:.

1. Tekanan sosial dan budaya

Dalam beberapa budaya, mempunyai orientasi non-heteroseksual akan memicu diskriminasi karena dianggap tidak normal. Oleh sebab itu, mereka akan terdorong untuk mengikuti norma sosial yang berlaku agar terhindar dari diskriminasi tersebut dan melakukan lavender marriage sebagai solusi bagi permasalahan tersebut.

2. Menjaga karir dan citra yang telah dibangun

Pernikahan heteroseksual ini dianggap mampu untuk melindungi reputasi mereka, terutama bagi tokoh publik.

3. Agama dan keyakinan

Beberapa agama melarang keras atas hubungan sesama jenis. Sehingga bagi mereka yang menganut agama dengan aturan tersebut, melakukan lavender marriage untuk menjaga identitas aslinya.

Baca juga: Tepuk Sakinah dan pentingnya bimbingan bagi calon pengantin

4. Keinginan untuk berkeluarga

Meskipun mempunyai orientasi non-heteroseksual, beberapa diantara mereka tetap ingin memiliki keluarga dengan pasangan berbeda jenis. Hingga akhirnya mereka menjalani lavender marriage walaupun hubungannya kurang romantis.

5. Keamanan finansial dan sosial

Pernikahan heteroseksual dinilai dapat memberikan keamanan secara finansial ataupun sosial, yang biasanya tidak dapat dirasakan bagi pasangan sesama jenis.

6. Perlindungan diri dari hukum dan sorotan publik

Di beberapa wilayah, menjalin pasangan sesama jenis secara terang-terangan dapat menyebabkan persekusi hukum dan menjadi sorotan publik. Untuk melindungi privasi dan diri pribadi, mereka lebih memilih untuk menjalani pernikahan lavender.

Perlu diketahui, istilah lavender marriage pertama kali muncul pada awal abad ke-20 di Hollywood. Homoseksualitas dianggap tabu bahkan ilegal di banyak negara.

Beberapa selebritas atau tokoh publik yang memiliki non-heteroseksual, memilih pernikahan ini untuk menjaga karier dan citranya, serta menghindari diskriminasi. Namun, pernikahan yang dijalani hanya karena alasan sosial atau karier, umumnya tidak bertahan lama dan berakhir dengan hubungan toxic hingga perceraian.

Baca juga: Bolehkah ajukan nafkah Rp100 saat cerai? Ini ketentuannya dalam Islam

Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article